Polisi kemudian menindaklanjuti laporan itu dan mendatangi rumah Suradji untuk menanyainya perihal Dewi.
Suradji mengakui bahwa Dewi memang datang ke rumahnya untuk berkonsultasi dan selepas maghrib wanita itu pulang ke rumahnya.
Tak cukup bukti untuk menangkap Suradji, kasus dihentikan.
Polisi tak menyerah, satu persatu laporan orang hilang mereka dalami beberapa tahun terakhir.
Nyatanya banyak orang dilaporkan hilang yang kebanyakan pasien Suradji.
Tak tunggu waktu lama polisi langsung menggerebek dan menggeldah rumah Suradji.
Disana mereka menemukan pakaian dan perhiasan wanita yang salah satunya milik Dewi.
Suradji dan ketiga istrinya kemudian dibekuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Lewat proses interogasi panjang, Suradji mengaku dirinya memang membunuh Dewi, didesak lagi oleh polisi ia mengakui sudah membunuh 16 wanita, didesak lagi Suradji berujar dia sudah menghabisi nyawa 42 orang wanita!
Dalam aksi koboinya membunuhi para wanita itu, Suradji dibantu oleh salah satu istrinya yang bernama Tumini.
Dalam pengadilan, Suradji dijatuhi vonis hukuman mati dan Tumini divonis penjara seumur hidup.
10 Juli 2008 pukul 22.00, eksekusi mati dilakukan oleh pihak berwenang.
Tiga buah peluru dilesakkan ke dada Suradji, mengakhiri riwayat pembunuh paling bengis di Indonesia itu.
Artikel ini telah tayang di Grid.ID dengan judul Bukan Robot Gedek Atau Ryan Jagal Jombang, Orang Ini Pembunuh Berantai Paling Bengis di Indonesia.
(*)
Source | : | grid |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar