Mereka, sebut Ketua Umum Partai Demokrat itu, melawan pemimpin dan pemerintahannya karena merasa tidak mendapatkan keadilan, ekonomi sulit, serta ruang kebabasan untuk berekspresi dibatasi.
Iran melakukan serangan rudal balas dendam ke pangkalan AS di Irak atas kematian Qasem Soleimani, Rabu (8/1/2020).
“Mengapa banyak pihak sungguh cemas dengan perkembangan terbaru di kawasan ini, karena banyaknya negara yang melibatkan diri dengan kepentingan yang berbeda-beda. Belum ‘non-state actors’ yang selama ini turut meramaikan benturan politik, sosial dan keamanan yang ada,” kata dia.
Sejauh ini, tulis SBY, masyarakat dunia seolah hanya fokus terhadap Iran, Irak dan AS.
Padahal, ada sejumlah negara lain yang ikut berperan, mulai dari Rusia, Turki, Israel, Suriah, Arab Saudi, Libya, Mesir, Qatar, Afghanistan, dan Yaman, serta negara aliansi NATO lainnya.
“Kalau situasi makin memburuk dan belasan negara itu melibatkan diri, apalagi pada posisi yang berhadap-hadapan memang keadaan sungguh menakutkan. Itulah sebabnya sebagian dari kita mulai bertanya, jangan-jangan perang dunia yang kita takutkan terjadi lagi. Akankah kesitu?” kata SBY.
Sebelumnya, Iran melalui Garda Revolusi menyatakan, mereka menghujani markas pasukan AS dan sekutunya di Irak dengan "puluhan rudal".
Operasi itu dikatakan merupakan pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh AS pada Jumat pekan lalu (3/1/2020).
Dilansir Sky News Rabu (8/1/2020), "puluhan rudal" itu ditembakkan Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi Iran, dan dinamai "Martir Soleimani".
Sumber keamanan kepada AFP mengungkapkan, serangan itu terjadi dalam tiga gelombang selepas tengah malam waktu setempat.