Gridhot.ID - Situasi Iran dan Amerika Serikat kini kian memanas usai terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani.
Jenderal Qasem Soleimani merupakan komandan pasukan Quds Iran.
Ia dan enam orang lainnya tewas dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020).
Situasi ini pun turut ditanggapi oleh Presiden RI keenam Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ia mengaku mengikuti perkembangan situasi di Timur Tengah secara berkala.
Terutama terhadap reaksi yang dilontarkan oleh pihak-pihak utama seperti Irak, Iran, dan AS, baik di tingkat pemimpin puncak, eksekutif, legislatif, militer hingga masyarakat.
“Bukan hanya aksi-aksi nyata yang dilakukan di masing-masing negara, tetapi juga pada hebohnya sikap ancam-mengancam, perang mulut dan retorika besar yang digaungkan,” tulis SBY seperti dikutip Kompas.com melalui akun Facebook resminya, Rabu (8/1/2020).
Menurut dia, situasi geopolitik Timur Tengah yang mendidih dapat membuat kondisi keamanan internasional rapuh.
Apalagi pada tahun lalu, SBY mencatat, ada lebih dari 30 negara yang mengalami ekskalasi situasi pasca maraknya gerakan protes sosial oleh masyarakat.
Mereka, sebut Ketua Umum Partai Demokrat itu, melawan pemimpin dan pemerintahannya karena merasa tidak mendapatkan keadilan, ekonomi sulit, serta ruang kebabasan untuk berekspresi dibatasi.
“Mengapa banyak pihak sungguh cemas dengan perkembangan terbaru di kawasan ini, karena banyaknya negara yang melibatkan diri dengan kepentingan yang berbeda-beda. Belum ‘non-state actors’ yang selama ini turut meramaikan benturan politik, sosial dan keamanan yang ada,” kata dia.
Sejauh ini, tulis SBY, masyarakat dunia seolah hanya fokus terhadap Iran, Irak dan AS.
Padahal, ada sejumlah negara lain yang ikut berperan, mulai dari Rusia, Turki, Israel, Suriah, Arab Saudi, Libya, Mesir, Qatar, Afghanistan, dan Yaman, serta negara aliansi NATO lainnya.
“Kalau situasi makin memburuk dan belasan negara itu melibatkan diri, apalagi pada posisi yang berhadap-hadapan memang keadaan sungguh menakutkan. Itulah sebabnya sebagian dari kita mulai bertanya, jangan-jangan perang dunia yang kita takutkan terjadi lagi. Akankah kesitu?” kata SBY.
Sebelumnya, Iran melalui Garda Revolusi menyatakan, mereka menghujani markas pasukan AS dan sekutunya di Irak dengan "puluhan rudal".
Operasi itu dikatakan merupakan pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh AS pada Jumat pekan lalu (3/1/2020).
Dilansir Sky News Rabu (8/1/2020), "puluhan rudal" itu ditembakkan Divisi Luar Angkasa Garda Revolusi Iran, dan dinamai "Martir Soleimani".
Sumber keamanan kepada AFP mengungkapkan, serangan itu terjadi dalam tiga gelombang selepas tengah malam waktu setempat.
Setidaknya sumber itu menghitung ada sembilan rudal yang menghantam markas pasukan AS di Ain al-Assad, barat Irak.
Sementara Pentagon menerangkan serangan juga terjadi di instalasi yang menampung koalisi internasional pimpinan AS di Arbil.
Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Hoffman, menyatakan rudal itu ditembakkan pukul 17.30 waktu AS pada Selasa (7/1/2020).
"Sudah jelas bahwa serangan tersebut berasal dari Iran, dan menargetkan dua pangkalan militer Irak di al-Assad dan Arbil," ujarnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Timur Tengah Memanas, SBY: Dunia Tengah Hadapi Ancaman Serius"