Gridhot.ID - Jadi keluarga paling konglomerat di Timur Tengah bahkan bisa jadi di dunia memang seakan memiliki berbagai macam keuntungan.
Padaha, bisnis raksasa juga memiliki resiko luar biasa yang sulit dipahami orang di luar bisnis.
Salah satu kasusnya ada keluarga terkaya di Timur Tengah yang ternyata pernah berkonflik akibat hutang terbesar yang mereka punya.
Kasus hutang terbesar dan terpanjang di Arab Saudi, dipicu oleh permusuhan yang telah memecah salah satu keluarga terkaya di Arab Saudi. Setelah melalui persidangan yang memakan waktu cukup lama, kini kasus tersebut bisa mendekati resolusi.
Melansir Reuters, pengadilan telah menyetujui sekitar US$ 14 miliar dalam klaim utang terkait dengan runtuhnya dua kerajaan bisnis satu dekade lalu.
Dua dokumen pengadilan yang dilihat oleh Reuters menunjukkan, pengadilan Saudi telah menerima klaim utang lebih dari US$ 7 miliar dari kreditur terhadap konglomerat AHAB keluarga Algosaibi, dan klaim sekitar US$ 6,5 miliar terhadap taipan Maan al-Sanea dan perusahaannya Saad Group.
Algosaibis dan Sanea - yang bergabung dengan keluarga Algosaibi - telah terkungkung dalam perselisihan pahit tentang siapa yang harus disalahkan atas runtuhnya perusahaan pada tahun 2009.
Kedua belah pihak menyangkal telah melakukan kesalahan. Namun, kehancuran kedua perusahaan tetap meninggalkan utang yang belum dibayar senilai miliaran dollar kepada puluhan bank lokal dan internasional.
Keputusan akhir pengadilan ini tidak hanya akan menawarkan beberapa bantuan kepada para kreditor, tetapi lebih luas akan menjadi tanda penting bagi investor internasional.
Pasalnya, kasus-kasus tersebut akan diselesaikan di bawah undang-undang kebangkrutan baru yang diperkenalkan pada tahun 2018 sebagai bagian dari reformasi yang bertujuan membuat kerajaan lebih ramah bagi investor.
Pengadilan Komersial Dammam pekan lalu menyetujui lebih dari US$ 7 miliar pengajuan utang terhadap AHAB (Ahmad Hamad Algosaibi dan Bros.) dari hampir US$ 12 miliar total klaim yang terdaftar, menurut salah satu dokumen yang dilihat oleh Reuters.
Pada bulan Desember pengadilan menyetujui sekitar US$ 6,5 miliar klaim terhadap Sanea dan Saad dari hampir US$ 18 miliar klaim yang terdaftar, tidak termasuk yang diajukan oleh karyawan grup, menurut dokumen terpisah.
Simon Charlton, kepala restrukturisasi di AHAB, mengkonfirmasi persetujuan klaim terhadap perusahaan.
"Wali amanat telah meminta izin pengadilan untuk membentuk komite kreditur dan kami berharap bahwa kita dapat membentuk komite dengan cepat dan kemudian menyelesaikan proposal dengan target untuk mendapatkan suara kreditor pada proposal yang dapat diajukan ke pengadilan untuk diratifikasi dalam 90 hari," katanya kepada Reuters.
Perwakilan hukum untuk Saad Group dan Sanea tidak segera menanggapi pernyataan dari Reuters. Kantor media pemerintah Saudi juga tidak segera menanggapi.
Tuntutan kreditor yang disetujui sekarang akan dimasukkan dalam proposal restrukturisasi yang akan diserahkan oleh debitur dan perwakilan pemberi pinjaman masing-masing ke pengadilan.
Dokumen yang sama juga menunjukkan, pengadilan menyetujui klaim dari lebih dari 70 lembaga keuangan dalam kasus AHAB, termasuk bank Saudi dan regional, dan pemberi pinjaman internasional seperti BNP Paribas, Deutsche Bank, HSBC dan JPMorgan.
Tetapi, pengadilan menolak dua dari empat klaim oleh The International Bank Corporation (TIBC), sebuah bank Bahrain yang memiliki sekitar US$ 3 miliar dalam klaim terhadap AHAB. Dijelaskan, TIBC telah menghimpun dana di pasar internasional, kemudian mentransfer dananya ke AHAB.
Baca Juga: Cium Gelagat Aneh Teddy Saat Kematian Lina, Ibu Mertua: Kita Tidak Boleh Melihat Wajah...
Beberapa klaim TIBC senilai US$ 1,8 miliar telah disetujui dari US$ 3 miliar yang diajukan.
Seorang juru bicara untuk manajemen TIBC, mengatakan mereka berencana untuk mengajukan banding terhadap penolakan pengadilan terhadap dua klaimnya "karena mereka mewakili klaim yang tidak kalah layaknya dengan dua lainnya."
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Ini cerita tentang kasus hutang terbesar yang melanda keluarga kaya di Arab Saudi.
(*)