"Jadi gas kita kan banyak di Sumatera, suplai ke Singapura akan habis di 2023. Kita akan tarik ke dalam negeri," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI, Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Selama ini, dalam kontrak jangka panjang, gas Natuna disalurkan ke Singapura lewat pipa sepanjang 656 kilometer ke Sakra, Singapura.
Produksi harian dari lapangan ini tercatat sebesar 325 juta kaki kubik atau MMBTU. Inilah yang membuat Singapura, khususnya untuk kebutuhan pembangkit listrik, begitu bergantung pada pasokan gas dari Natuna.
Gas alam ini, oleh pemerintah Singapura, kemudian didistribusikan sejumlah pembangkit listrik, industri, dan rumah tangga lewat jaringan gas perkotaan. Penyaluran gas ini nantinya akan disalurkan ke pipa Duri Dumai, Riau hingga penyebaran pasokannya merata sampai ke Sumatera. Gas ini akan mengalir menuju Pulau Jawa dan bisa dimanfaatkan ke seluruh Indonesia.
"Sumatera ke Jawa tinggal sambung dari Cirebon-Gresik. Sumbernya nanti dari ConocoPhillips Saka Kemang sehingga daerah ini tersambung," kata dia.
Untuk memperlancar distribusi gas ke seluruh Indonesia, pemerintah pun telah melakukan pendekatan ke beberapa penyalur gas. "Beberapa sumur sudah kami lakukan pendekatan untuk lokasi sehingga bisa sambung pipa dari Dumai," ucapnya.
Adapun pasokan gas di Kalimantan, rencananya akan disalurkan melalui jalur pembangunan pipa Trans Kalimantan. "Kami melihat potensi Natuna Blok D Alfa sangat besar dan bisa ditarik sampai Pontianak turun ke bawah," ujarnya.
Source | : | kontan |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar