Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade
Gridhot.ID - Dunia tengah dihebohkan dengan virus corona yang berasal dari China, tepatnya Kota Wuhan.
Sudah ada beberapa negara yang terjangkit, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, Australia, Amerika Serikat, Kamboja.
Kemudian Nepal, Malaysia, Kanada, Sri Lanka, Perancis, Vietnam, dan Jerman.
Sejumlah pelajar Indonesia di China pun ikut dikarantina untuk mencegah penyebaran virus corona.
Pemerintah Indonesia pun akan mengevakuasi WNI dari lokasi terdampak wabah virus corona di China.
Hal ini ternyata dikhawatirkan oleh para orang tua pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di China.
Salah satunya adalah Pasangan suami istri, Kusyanta dan Maryatun, warga Dusun Gembuk, Desa Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Melansir dari Kompas.com, putra sulung pasangan ini Arif Nur Rofiq yang kini sedang menempuh pendidikan di Yangzhou Polytechnic College (YPC), Provinsi Jiangsu, China.
Dari kabar yang didapatkan, Arif saat ini sedang tinggal di mes kompleks kampusnya.
Jarak tempat tinggal Arif dengan Wuhan sekitar 600 hingga 700 kilometer.
Kusyanta mengaku khawatir mendengar virus mematikan yang saat ini sedang mewabah di Negara Tirai Bambu ini.
"Ya khawatir mendengar berita tentang virus corona," kata Kusyanta saat ditemui di rumahnya Kamis (30/1/2020).
Kekhawatiran itu hampir setiap hari menghantui pria yang berprofesi sebagai tukang tambal ban ini.
Ia mengaku bingung harus menghubungi siapa dan kemana untuk mendapatkan informasi terkini soal situasi di China.
Ia pun mengaku juga belum menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
"Terakhir telepon dengan Arif hari Senin (27/1/2020) kemarin," ucap Kusyanta Dari cerita Arif, kondisinya saat ini baik-baik saja.
Namun , di Kota Jiangsu, banyak toko yang sudah tutup dan membutuhkan masker untuk stok beberapa pekan ke depan.
Meski ada penyebaran virus corona, Arif tetap dapat beraktivitas di luar ruangan seperti biasa.
Hanya saja, harus selalu memakai masker.
Arif berangkat ke China pada September 2018.
Dia berangkat setelah lulus dari Pondok Pesantren Darul Quran, dan mendapatkan beasiswa di YPC.
"Awalnya mau kuliah jurusan otomotif, tapi sampai di sana berubah masuk jurusan perhotelan. Saya sebagai orangtua hanya pasrah saja, anaknya juga sudah dewasa," ucap Kusyanto.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Arif magang di sebuah hotel.
Perkuliahan saat ini sedang libur.
Saat ini kegiatan magang sedang diliburkan karena virus corona.
Arif berangkat bersama sembilan orang lainnya dari DIY.
Beberapa teman Arif dari Indonesia sudah dipersiapkan untuk pulang.
Namun Arif tak bisa mempersiapkan kepulangannya karena keterbatasan biaya.
"Katanya ada yang akan pulang ke Indonesia, tetapi saya tanya kembali dia baiknya seperti apa. Ia memilih untuk tinggal karena tidak ada biaya," ucap Kusyanto.
"Semoga keadaan semakin membaik, dan harapannya pemerintah Indonesia juga memberikan solusi terbaik," ucap Kusyanto menambahkan.
Ibunya, Maryatun berharap semoga tidak terjadi apa-apa pada anaknya dan dapat segera pulang berkumpul bersama keluarga.
Maryatun hampir setiap hari berkomunikasi melalui pesan singkat dengan Arif.
"Selama tinggal di sana tak ada yang dikeluhkan, hanya saat musim dingin ada salju. Pokoknya yang terbaik untuk anak saya," kata Maryatun.(*)