"Bagaimana caranya menemui mereka," pikir Herlina.
Syarat mutlak untuk bisa mencapai hasil ialah, di mana-mana harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Jangan sekali-kali menyinggung perasaan penduduk setempat.
"Bila mereka hanya boleh keluar pada malam hari, baiklah pertemuan kami selenggarakan juga pada malam hari," pikirnya.
Para ibu dikumpulkan dan diberi "kuliah" tentang tugas dan kewajiban kaum wanita.
Apakah setelah "indoktrinasi" tersebut mereka akan tenggelam lagi dalam keadaan semula?
Dalam hal ini Herlina sangat optimistis. "Masa dari sekian banyak wanita tidak ada satu pun yang berani memberontak?"
Pernah dia tiba di suatu daerah yang baru saja dilanda wabah influenza. Kebetulan dia membawa tablet antiinfluenza, yang segera saja dia bagi-bagikan.
Tetapi sebelum mereka mau menelan, Herlina harus memberi contoh dulu.
Mereka agaknya merasa takut kalau-kalau pendatang tersebut hanya ingin membuat gara-gara.
Namun ketika benar-benar bisa sembuh, kegirangan mereka tidak dapat dilukiskan. Herlina didukung-dukung dan dianggap "dewa" penyelamat.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar