Namun, Elitha juga mengatakan, sebelum ia dioperasi, perusahaan memindahkannya ke bagian produksi yang beban kerjanya lebih ringan.
Kendati demikian, kondisi Elitha sudah melemah sehingga ia pun harus dioperasi.
Menurut Elitha, banyak buruh perempuan lainnya yang kesulitan memperoleh cuti haid di saat kondisinya tidak memungkinkan untuk bekerja.
Hal itu lantaran faskes setempat yang mereka tuju tidak dapat memberikan SKD.
"Jadi kan perusahaan itu hanya memberikan cuti haid kalau ada SKD dari faskes setempat, yang kita daftarkan ke BPJS, sedangkan teman-teman, termasuk saya ketika minta SKD ke klinik perusahaan itu mereka akan bilang 'ini kan bukan penanganan dokter umum, ini penanganan bidan karena ini berkaitan dengan siklus haid dan kandungan, ini bukan spesialis saya'," terang Elitha.
"Sedangkan teman-teman sendiri kalau pakai SKD dari bidan atau dokter yang lain, nggak diterima sama perusahaan, jadi kalau izin sakit, dipotong gaji," sambungnya.
Elitha menyampaikan, aksi mogoknya tak pernah bertujuan untuk menjatuhkan AICE Indonesia.
Dia hanya ingin perusahaan bersikap lebih baik pada karyawannya.
"Saya tidak ingin menjatuhkan AICE, tapi kalau misalkan buruh atau karyawannya diperlakukan seperti ini, tidak memanusiakan manusia, ya kan mereka juga merekrutnya manusia, bukan robot. Jadi kalau mereka mau dimajukan oleh kita ya mereka juga harus bisa mensejahterakan karyawannya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Serikat Pekerja Persoalkan Sulitnya Buruh Aice Ambil Cuti Haid, Seorang Buruh Ungkap Kisahnya"
(*)
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar