Virus corona baru (SARS-CoV-2) bermutasi dan menciptakan turunan virus yang berbeda.
Virus B secara imunologis mudah beradaptasi di kawasan Asia Timur, namun tidak bisa semudah itu untuk di kawasan lain, sehingga varian virus ini perlu bermutasi.
Proses mutasi di kawasan Asia Timur pun terpantau lebih lambat dibanding di kawasan lain.
Tapi, semua hasil penelitian ini peneliti ambil dari masa awal pandemi, saat jalur evolusi Covid-19 belum melakukan lebih bayak mutasi.
"Ada terlalu banyak jenis mutasi untuk bisa melacak keluarga Covid-19 secara rapi. Kami menggunakan algoritma matematika untuk memvisualisasikan semua silsilah atau urutan keturunan virus," kata ahli genetika dari University of Cambridge Dr Peter Forster seperti dikutip Dailymail.
Sebelumnya, teknik ini banyak digunakan untuk memetakan pergerakan populasi manusia zaman prasejarah melalui DNA-nya.
Dan kali ini merupakan pertama kalinya teknik yang sama dipakai untuk melacak alur infeksi sebuah virus.
Source | : | Kompas.com,worldometers.info/coronavirus |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar