Selama di penjara, Ko Bo Kyi tidak memikirkan tanggal kebebasannya karena itu ialah satu dari banyak hal yang di luar kendalinya.
Namun, dirinya berusaha untuk bisa mencoba menjadi sehat dengan berjalan naik turun sel selama berjam-jam dalam sehari.
"Melakukan olahraga akan membantu kesehatan fisik dan mental Anda. Berolahraga! Jika Anda bisa, berjalanlah setidaknya 6.000 langkah sehari. Jika Anda tidak dapat melakukannya, pikirkan cara lain untuk tetap aktif. Berlatih meditasi atau cobalah yoga," ucapnya.
Tetap positif
"Sebagian besar orang dapat menggunakan internet untuk menjangkau keluarga dan teman. Tetapi kemudahan akses internet—yang tidak kami miliki di penjara—adalah pedang bermata dua karena Anda dibombardir dengan berita mengerikan," ucap Ko Bo Kyi dengan lugas.
Meskipun mendapat informasi itu penting, ia menyarankan agar kita dapat membaca sesuatu yang positif untuk menciptakan lebih banyak keseimbangan.
Alih-alih membaca berita, cobalah menelepon teman. Lakukan sesuatu yang produktif, apakah itu kecil atau besar. Bersihkan rumah dan masak sebuah makanan.
Merawat perspektif
Ko Bo Kyi menulis bahwa meskipun kita menemukan situasi yang sulit, ada banyak orang di seluruh dunia yang penderitaannya jauh lebih buruk daripada kita.
Seperti korban kekerasan dalam rumah tangga, pengungsi, tahanan politik, dan tahanan nurani.
Meskipun Myanmar telah mengalami banyak perubahan politik positif dalam beberapa tahun terakhir, masih ada banyak penderitaan dan penderitaan menurutnya.
Sementara banyak negara telah membebaskan tahanan selama krisis virus corona, Myanmar belum melakukan hal yang sama. Sebaliknya, pihak berwenang terus menangkap dan memenjarakan orang-orang pembela hak asasi manusia seperti jurnalis dan aktivis.
"Kita semua harus menggunakan waktu ini untuk memikirkan apa yang sedang dialami orang lain dan mencoba membantu meningkatkan kesadaran tentang keadaan mereka," tutup Ko Bo Kyi.
Artikel ini telah tayang di National Geographic Indonesia dengan judul 8 Tahun di Penjara, Ko Bo Kyi Beri Tips untuk Bertahan Selama Isolasi.
(*)
Source | : | national geographic |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar