Biasanya, oksigen melintasi alveoli ke kapiler, pembuluh darah kecil yang terletak di samping kantung udara, kemudian oksigen dibawa ke seluruh tubuh.
Namun, saat sistem kekebalan tubuh berperang, ini akan menganggu transfer oksigen.
Sel-sel darah putih melepaskan molekul-molekul inflamasi yang disebut kemokin, yang pada gilirannya memanggil lebih banyak sel-sel kekebalan yang menargetkan dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus, meninggalkan semur cairan dan sel-sel mati seperti nanah.
Ini merupakan patologi yang mendasari pneunomia, dengan gejala batuk, demam, pernapasan yang cepat dan dangkal.
Menyerang Paru-paru
Kadar oksigen dalam darah pasien tersebut merosot dan membuat mereka berjuang lebih keras untuk bernapas.
Pada rontgen dan pemindaian tomografi terkomputerisasi, paru-parunya penuh dengan keruhan putih di mana seharusnya ruang hitam berisi udara.
Umumnya, pasien-pasien ini berakhir dengan ventilator dan banyak yang meninggal dunia. Hasil otopsi menunjukkan, alveoli menjadi penuh dengan cairan, sel darah putih, lendir, dan detritus sel paru yang hancur.
Dalam kasus yang serius, SARS-CoV-2 di paru-paru dan dapat menyebabkan kerusakan parah di sana. Sementara itu, para ilmuwan lain memusatkan perhatian pada sistem organ yang mendorong kemunduran cepat beberapa pasien, seperti jantung dan pembuluh darah.
Source | : | Kompas.com,Gridhealth.id |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar