Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Pandemi global virus corona tak hanya menyerang dari sisi kesehatan.
Namun turut menyerang perekonomian masyarakat, apalagi perekonomian para pekerja harian lepas.
Oleh karenanya warga miskin menjadi benar-benar miskin sehingga tak bisa makan.
Yang membuat miris adalah warga yang tak bisa makan akibat krisis ekonomi di tengah pandemi ini akhirnya meninggal dunia.
Melansir TribunBanten.com, hal itu dialami oleh Yuli (43) yang beberapa hari lalu kabarnya sempat viral.
Pasalnya ia dan keluarga tak mampu makan karena tak punya uang dan bahan pangan sedikit pun.
Ia beserta suami tinggal di Kelurahan Lontar Baru Kota Serang, Banten bersama keempat anaknya.
Yuli mengaku ia dan keluarga hanya meminum air galon isi ulang selama dua hari karena tak punya makanan sedikit pun.
Sambil menggendong buah hatinya yang masih kecil, Yuli tak kuasa menahan tangis.
Air matanya bercucuran menceritakan nasib keluarganya yang terdampak secara ekonomi akibat wabah virus corona.
Suaminya Kholid adalah pemulung yang kena imbas juga akibat adanya pandemi corona.
Kisah hidup keluarga ini terlihat dari tayangan berita Kompas TV yang diunggah ke Youtube pada 19 April 2020, berjudul 'Memprihatinkan, Satu Keluarga Kelaparan Tak Makan 2 Hari karena Dampak Corona'.
Sambil menangis, ibu dari empat anak ini mengatakan, sudah dua hari tidak makan.
"Dua hari (tidak makan), diem aja sampai saya sedih," katanya.
Saat ditanya soal bantuan dari pemerintah, Yuli mengaku belum mendapatkannya.
Padahal, sebelumnya dirinya sempat mengajukan diri sebagai penerima bantuan saat corona, namun ditolak.
Dirinya dianggap masih menerima gaji dari dinas.
“Belum ada, saya sudah ngajuin, kalau yang masih dapat gaji mah enggak dikasih,” tambahnya kepada Kompas TV.
Yuli mengaku, dirinya hanya seorang pegawai lepas yang dibayar per hari.
Dalam satu hari, ia mendapatkan upah sebesar 25 ribu rupiah.
“Jadi per hari dibayarnya. Kalau misalkan masuk 25 ribu, kalau sakit ga dikasih. Kemarin aja mertua meninggal ga masuk, dipotong,” ujarnya.
Sementara itu, suami Yuli, Kholid bekerja sebagai pemulung.
Setiap hari, ia mencari barang bekas untuk bisa dijual kembali.
Namun, selama wabah pandemi corona ini, tak banyak yang bisa dicari.
Belum lagi, dirinya dan keluarga harus berjuang melawan pandemi.
Namun, berita duka menghampiri keluarga malang itu.
Pada Senin (20/4/2020) sore, Yuli dikabarkan meninggal dunia.
Dilansir dari Kompas.com, menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Serang, Hari Pamungkas, Yuli sudah tak sadarkan diri saat dibawa ke Puskesmas Sindangdaru, Kota Serang, Senin(20/4/2020).
Sesampainya di puskesmas, berbagai upaya pertolongan telah dilakukan oleh tim medis, namun nyawanya tidak berhasil tertolong.
"Yang pertama kami turut berbelasungkawa. Ya, betul meninggal dunia dalam perjalanan menuju Puskesmas Sindangdaru," kata Hari kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa (21/4/2020).
"Dokter enggak berani menyimpulkan sakit apa, karena almarhumah meninggal dalam perjalanan dan di luar sepengetahuan dokter. Ditambah suaminya bilang almarhumah enggak punya riwayat sakit apa pun," tambah dia.
Menyikapi adanya pemberitaan terkait kondisi keluarga Yuli yang tak bisa makan sebelum meninggal itu, Pemkot Serang, dikatakan langsung merespons dengan memberikan bantuan.
"Sebelumnya kan di berita ramai keluarga almarhumah nahan lapar sampai minum air galon, keluarga almarhumah itu sudah terdata penerima bantuan masyarakat terdampak Covid-19, Sabtu kemarin pihak pemkot sudah berikan bantuan itu," kata dia.
Terkait dengan kondisi itu, pihaknya berharap masyarakat untuk tidak saling menyalahkan.
Pemkot sendiri, lanjut dia, sudah berusaha semaksimal mungkin.
Namun diakui memang ada keterbatasan.
"Kami memiliki keterbatasan, kami butuh semua pihak, kami enggak bisa kerja sendiri, butuh semua elemen untuk bekerja sama saling support. Jangan lagi ada saling menyalahkan, sama-sama kita lagi ikhtiar menyelesaikan masalah pandemi ini," kata dia.
Dilansir dari Kompas TV, pihak keluarga menduga bahwa almarhumah Yuli meninggal lantaran banyak pikiran atau tekanan psikologis.
Camat Serang, TB Yasin, juga menepis dugaan Yuli meninggal karena kelaparan, sebab pemerintah setempat sudah memberi bantuan.(*)