Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Situasi Memanas di Tengah Pandemi, Eropa dan Australia Mulai Menuntut China Soal Kasus Covid-19, Berikut Tanggapan Pakar Hukum Negeri Tirai Bambu

None - Sabtu, 25 April 2020 | 06:42
Presiden China Xi Jinping
Daily Mail

Presiden China Xi Jinping

Gridhot.ID- China diketahui sebagai negara awal munculnya pandemi corona.

Sebuah pasar hewan di Wuhan disinyalir jadi asal usul virus yang mematikan ini.

Kini, seluruh dunia tengah kesusahan untuk melawan persebarannya yang cukup cepat.

Baca Juga: Pemimpinnya Sedang Sakit Keras, Para Pembelot Korea Utara Bongkar Borok Sang Pemimpin ke Dunia, Sebut Sang Pemimpin Lebih Senang Korbankan Nyawa Rakyatnya Dibanding Setetes Darahnya Sendiri Demi Negara

Gugatan hukum pun muncul di Florida, Amerika Serikat (AS), menuntut Pemerintah China untuk memberikan ganti-rugi terkait dengan penyebaran Covid-19.

Hal serupa juga terjadi di beberapa negara termasuk Australia. Gugatan class-action yang didukung ribuan warga AS itu ditangani sebuah firma hukum bernama Berman Law Group di Miami.

Firma hukum tersebut menyebutkan gugatan ini ingin menuntut ganti-rugi miliaran dolar bagi para korban Covid-19 akibat kelalaian China.

Baca Juga: Dituding Gagal Terawang Datangnya Wabah Corona di Indonesia, Wirang Birawa Langsung Bela Diri, Sebut Dirinya Sudah Ungkap Semuanya Sejak Januari

Mereka menyebut Pemerintah China telah gagal mencegah penyebaran Covid-19 sehingga kini menimbulkan masalah di seluruh dunia.

"Padahal, mereka memiliki kemampuan untuk menghentikan penyebaran virus ini di tahap awal," kata firma hukum tersebut.

Firma hukum ini bertekad untuk "memperjuangkan hak-hak rakyat dan pengusaha di Florida serta di AS yang kini sakit atau harus merawat orang sakit, mengalami kesulitan keuangan, dan terpaksa mengalami kepanikan, pembatasan sosial dan isolasi" akibat Covid-19.

Gugatan cass-action terpisah atas nama pengusaha di Las Vegas juga sudah didaftarkan.

Mereka menuntut ganti-rugi miliaran dolar ke Pemerintah China.

Baca Juga: Dipasrahi Calon Suami Uang Rp 500 Juta untuk Resepsi Nikahan, Wanita Ini Malah Menggunakannya Untuk Foya-foya, Ludes Buat Beli Handphone dan Nginap di Hotel Berbintang

Gugatan di Las Vegas ini menyebutkan bahwa Pemerintah China semestinya membagi informasi awal mengenai virus ini, namun mereka malah mengintimidasi dokter, ilmuwan, jurnalis dan praktisi hukum sembari membiarkan Covid-19 menyebar luas.

Seperti diberitakan berbagai media, pada 2 Januari 2020, pihak berwenang di China "mempermalukan" delapan orang dokter dalam siaran TV nasional.

Kedelapan orang ini dituduh sebagai, "penyebar hoaks".

Baca Juga: Terlalu Diremehkan Pejabat Medis Tiongkok, Peneliti Dapati Virus Corona Sudah Bermutasi Jadi 30 Variasi, Amerika Lumpuh Karena SARS-Cov-2 Bertransformasi

Menurut laporan investigasi kantor berita Associated Press pekan lalu, Kepala Komisi Kesehatan Nasional China, Ma Xiaowei telah memaparkan adanya "situasi parah dan kompleks" dalam sebuah rapat bersama pejabat medis tingkat provinsi pada 14 Januari.

Ma Xiaowei bahkan membandingkan situasi ini dengan penyebaran virus SARS pada 2003.

Namun baru pada tanggal 20 Januari Presiden Xi Jinping mengumumkan kemungkinan adanya pandemi virus corona ini.

Di Eropa

Sementara itu, Henry Jackson Society, sebuah lembaga pemikir di Inggris, menyatakan Pemerintah China harus bertanggung jawab atas pandemi Covid-19 karena adanya upaya menutup-nutupi masalah pada tahap awal.

Mereka berpendapat, negara-negara G-7 bisa menggugat ganti-rugi ke China sebesar 3,2 triliun pound atau sekitar Rp 61 ribu triliun.

Mantan bos badan intelijen Inggris MI6 John Sawers mengungkap adanya informasi yang menyebutkan bahwa Pemeritah China menutupi permasalahan ini selama periode Desember 2019 dan Januari 2020.

Baca Juga: Padahal Sudah Lama Bekerja Jadi Tenaga Kesehatan, Artis Cantik Ini Dibuat Kaget Gara-gara Anaknya Takut Lihat Dirinya Pakai Jas Putih: Ibun kan Dokter Mas!

Sebelumnya, tabloid Bild di Jerman yang paling banyak pembacanya di Eropa, menerbitkan "surat tagihan" sebesar 24 miliar euro atau sekitar Rp 404 ribu triliun sebagai ganti-rugi atas pendapatan pariwisata selama Maret dan April.

Selain itu, Bild juga meminta ganti rugi 50 miliar euro sekitar Rp 841 ribu miliar untuk usaha kecil-menengah, serta 149 miliar euro lainnya jika GDP Jerman anjlok di bawah 4,2 persen tahun ini.

Dalam surat terbuka kepada Presiden China, surat kabar tersebut menyatakan "Pemerintahan dan ilmuwan Anda telah lama mengetahui bahwa virus corona sangat menular, namun Anda membiarkan seluruh dunia tidak mengetahuinya".

Baca Juga: Tindak Lanjuti Larangan Mudik Presiden, Jateng Perketat Aturan untuk Pemudik, Kendaraan yang Tak Dilengkapi Surat Gugus Tugas Covid-19 Diminta Putar Balik

"Para ilmuwan utama Anda tidak merespons ketika para peneliti Barat ingin mengetahui apa yang terjadi di Wuhan," tambahnya.

Di Australia

Seperti diberitakan ABC, Menteri Luar Negeri Australia Senator Marise Payne telah mendorong perlunya dilakukan penyelidikan asal-usul virus corona, karena dia yakin badan kesehatan dunia (WHO) tidak akan melakukan hal itu.

Hal senada disampaikan Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton, yang juga mendesak agar China lebih transparan mengenai pandemi Covid-19, karena keluarga puluhan warga Australia yang meninggal akibat virus ini perlu mendapatkan jawaban.

"Tentu saja kita pun akan dituntut jika Australia yang menjadi episentrum virus ini yang kemudian menyebar ke masyarakat," kata Menteri Dutton.

Baca Juga: Asyik Sarapan Satu Hari Sebelum Ramadhan, Mantan Menantu Soeharto Ini Tiba-tiba Paksa Ajudannya Pulang Jenguk Kedua Orang Tua, Prabowo Subianto: Tengok Orang Tuamu, Ini Perintah!

"China harus menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan memberi informasi sehingga masyarakat mendapatkan kejelasan menenai apa yang sesungguhnya terjadi, karena kita tidak ingin hal itu terulang," katanya.

Menteri Dutton sendiri positif terinfeksi virus corona dan terpaksa menjalani perawatan rumah sakit pada Maret lalu.

Baca Juga: Wabah Belum Terlihat Akhirnya, PBB Sudah Beri Peringatan Pada Dunia, Singgung Alkitab, Ini Bencana Besar yang Bakal Dihadapi Setelah Corona

Tanggapan China

Pemerintah China telah berulangkali menyangkal bahwa pihak China telah menyembunyikan informasi mengenai Covid-19 pada tahap-tahap awal penyebaran.

Mereka, katanya, senantiasa melaporkan setiap perkembangan terbaru Covid-19 ke WHO.

Pakar hukum dari Yale University Stephen L Carter berpendapat, sebagai sebuah negara-bangsa, China tidak dapat digugat dalam permasalahan ini.

Menurut dia, Pemerintah China dilindungi oleh doktrin kekebalan kedaulatan, sama seperti pemerintahan negara lain.

Penyalahgunaan kewenangan pemerintah China dalam menangani Covid-19, kata Profesor Carter, tidak dapat menghapuskan doktrin kekebalan kedaulatan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa doktrin ini bersifat timbal-balik, yaitu bahwa suatu negara tidak akan membiarkan rakyatnya mengugat negara lain jika kita tidak ingin rakyat negara lain menggugat kita.

Baca Juga: Endus Ketidak Jujuran China Soal Asal Muasal Corona, Jerman Tuntut Tiongkok Bayar Ganti Rugi Atas Wabah Covid-19 yang Lumpuhkan Dunia

Kedubes China di Canberra juga telah menuding Menteri Dalam Negeri Australia Dutton sebagai juru bicara Amerika Serikat.

Mereka menyebut desakan sejumlah politisi untuk menyelidiki China sebagai tindakan konyol.

"Sudah jadi pengetahuan umum bahwa sejumlah orang di AS termasuk pejabat-pejabatnya telah menyebarkan virus informasi anti-China. Tujuan mereka yaitu menyalahkan orang lain dan mengalihkan perhatian dengan memojokkan China," kata juru bicara Kedutaan besar China di Canberra.

Sementara itu, WHO sendiri menyatakan sampai saat ini "semua bukti yang ada" menunjukkan bahwa virus berasal dari hewan, kemungkinan besar dari kelelawar.

Baca Juga: Mayat Terbungkus Plastik Bergeletakan di Jalanan, Negara Ini Mengakui Dirinya Telah Gagal Atasi Krisis Kesehatan, 6700 Nyawa Hilang dalam Waktu 2 Minggu, Ternyata Bukan Corona Penyebab Utamanya

Infeksi Covid-19 pada manusia pertama kali terindentifikasi di Wuhan pada akhir Desember lalu.

WHO menyatakan pihaknya belum mengetahui bagaimana infeksi pertama tersebut terjadi pada manusia.

"Pada tahap ini, masih mustahil untuk memastikan secara tepat bagaimana manusia di China terinfeksi SARS-CoV-2," demikian disebutkan dalam situs WHO.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul"Sejumlah Negara Mulai Tuntut China soal Penyebaran Covid-19"

Source :Kompas.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x