Seperti halnya yang dialami oleh Rohani, seorang dokter spesialis paru-paru.Dilansir dari Antara, meski sudah puluhan tahun menjadi dokter, Rohani sempat menghadapi stres saat pertama menangani pasien yang diduga terserang COVID-19.
"Saya kelelahan, sempat demam waktu pertama kali karena mungkin stres karena (wabah) ini baru meledak. Saya demam beberapa hari batuk pilek," kata dokter spesialis paru-paru itu kepada ANTARA.
Virus corona menyebar cepat di Pekanbaru, yang kini sudah masuk dalam zona merah penularan COVID-19.
Pasien terus mengalir ke ruang isolasi rumah sakit.
Baca Juga: Sempat Rawat Menhub Budi Karya, Dokter Wanita yang dikenal Murah Hati Ini Meninggal karena Covid-19, Putri Almarhum: Mama Akan Merawat Pasien Manapun Bersama tenaga medis lainnya, Rohani selama berjam-jam harus menjalankan tugas merawat pasien dengan mengenakan alat pelindung diri di tiga rumah sakit rujukan penanganan COVID-19, Rumah Sakit Syafira, Rumah Sakit Prima, dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madani Pekanbaru.
Para tenaga kesehatan harus selalu berhubungan dengan pasien untuk memberikan perawatan maupun konsultasi.
Kondisi yang demikian membuat tenaga medis seperti Rohani rentan tertular virus corona.
Berdasarkan data Dokter Indonesia (IDI) dan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), per 28 April 2020 sudah ada 40 tenaga kesehatan yang gugur dalam tugas berat menangani COVID-19.
Rohani pun pernah harus menjalani isolasi di rumah sakit sebagai pasien yang diduga terserang COVID-19.
"Saya sempat diisolasi, sempat merasakan isolasi seperti pasien lainnya," katanya, menambahkan, selama isolasi dia berusaha meningkatkan daya tahan tubuh agar cepat pulih.