Gridhot.ID -Kedua putra presiden Jokowi dikenal seringmenanggapi komentar netizen dengan santai.
Seperti baru-baru ini,ketika ada akun Twitter yang menyebut foto wisuda Jokowi palsu.
Hal itu awalnya ditanggapi oleh anak sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Kemudian sang adik, Kaesang Pangarep pun ikut menanggapi sambil memention akun sang ayah.
Ia pun menanyakan langsung pada sang ayah soal foto wisuda palsu tersebut.
Keduanya pun sama-sama menanggapi tudingan itu dengan santai.
Awalnya, Gibran menanggapi santai cuitan akun Twitter @prisma93246654.
Tampak di foto itu, ada foto wisuda Jokowi bersama teman-teman satu angkatannya.
Kemudian ada foto yang menunjukkan foto tersebut sedang dalam proses editing.
Akun itu pun menuding kalau foto wisuda Jokowi itu hanya editan dan rekayasa.
"Ternyata Hanya Sebuah Karya Amatiran. Klu Mau jadi Tukang Edit, jadilah Tukang Edit Profesional, apa lagi Menyangkut Pejabat Negara," tulis akun tersebut.
Gibran Rakabuming pun menanggapi cuitan tersebut.
"Oh gitu," tulis Gibran Rakabuming, Selasa (5/5/2020).
Twitter lainnya kembali memposting foto yang sama.
Akun @CindyBexter memposting foto itu sambil menambahkan narasi yang menuding Jokowi merupakan sarjana palsu.
Ia juga menulis dengan bahasa yang kasar dan tak pantas.
"Cebong An**ng! ketahuan loe sekarang, nggak HRS. fotonya diedit, sekarang foto sarjana palsu @jokowi diedit, memalukan kalian!sampah dan rendahan! Cuiih!! @forjokowi @PDI_Perjuangan Viralkan, Guy"s!?TERNYATA PRESIDEN RI. SARJANA PALSU! Gagal!," tulisnya.
Tweet itu pun kembali dibalas oleh Gibran Rakabuming.
Bukannya marah, ia seolah kaget dengan faktabahwa ayahnya merupakan sarjana palsu.
Tak ketinggalan, cuitan itu juga dikomentari oleh sang adik yang juga putra bungsu Joko Widodo.
Kaesang Pangarep pun langsung menanyakan hal itu kepada sang ayah melalui Twitternya.
"Wah palsu ya pak @jokowi?," tulis Kaesang Pangarep.
Dilansir dari Wikipedia, pendidikan Jokowi diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.
Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari.
Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki.
Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun.
Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali.
Penggusuran yang dialaminya sebanyak 3 kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikir dan kepemimpinannya setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.
Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.
Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.
Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada.
Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya.
Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta".
Selain kuliah, ia juga tercatat aktif sebagai anggota Mapala silvagama.
Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan.
Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati.
Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya.
Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp30 juta dari Ibunya.
Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi".
Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya.
Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik.
Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.(Vivi Febrianti)
Artikel ini telah tayang di Tribun Bogor dengan judul: "Foto Wisuda Jokowi Dituding Editan, Gibran dan Kaesang Tanyakan ke Ayah: Wah Sarjana Palsu ya Pak?"
(*)