"Nenek moyang kami juga makan kelapa parut, dan noni (buah asli lainnya), yang dikenal rasanya menyengat, tetapi memiliki khasiat kesehatan," jelasnya.
"Kami makan sarapan dengan itu setiap hari, dan juga minum todak asam (jus kelapa fermentas)i," imbuhnya.
"Mereka semua kuat dari penyakit," singkatnya.
"Jadi kami menggunakan buah-buahan ini untuk membangun sistem kekebalan tubuh kami, mereka banyak dijual di kios dan jalan-jalan," paparnya.
Namun, melansir Intisari Online, Rimon Rimon seorang jurnalis setempat membantah klaim itu.
Dia mengatakan teori itu mungkin untuk memasarkan dagangannya.
"Sebenarnya, menjual kelapa tidak biasa di Tarawa," ujarnya.
"Tidak semua orang memiliki pohon kelapa sendiri, terutama di daerah penduduk padat, jadi mereka yang tidak bekerja menjual kelapa. Mengatakan bahwa kelapa bisa mencegah virus corona, itu adalah hal yang baru bagiku," jelasnya.
Meski demikin, Rimon mengatakan, rumor konyol tentang kaitan kelapa dengan virus corona, di media sosial memicu banyak yang mengikutinya di negara maju.