Gerhana matahari yang secara kebetulan juga terjadi besok kemudian muncul menjadi sebuah "penguat" dari ramalan tersebut.
"Gerhana matahari pada minggu depan (21 Juni) terjadi pada hari yang sama dengan titik balik matahari musim panas" tulis cuitan lain.
"Bangsa Maya percaya ini adalah titik perubahan besar bagi seluruh umat manusia."
Cocokologi ini tentu saja juga terkait dengan kepercayaan lama yang diyakini oleh beberapa orang di beberapa negara bahwa gerhana adalah tanda terjadinya kiamat.
Di India, para penduduk berpuasa selama gerhana matahari. Mereka percaya bahwa setiap makanan yang dimasak pada saat gerhana matahari mengandung racun dan tidak suci.
Selain gerhana, mitos tentang planet Nibiru juga kemudian mencuat seiring dengan ramalan akan terjadinya kiamat pada 21 Juni besok.
Orang-orang percaya pada hari itu, planet alien Niburu akan berbenturan dengan dan memusnahkan semua kehidupan di bumi.
Padahal para ilmuwan telah meletakkan teori konspirasi tersebut hanyalah omong kosong belaka, karena tidak ada bukti ilmiah tentang keberadaan planet tersebut.
Mereka mengatakan benda apa pun yang meluncur ke bumi akan terlihat jelas di langit.
Dalam hal ini, baik astronom dan masyarakat umum akan dapat melihat akhir yang akan datang.
Selain itu, sejarawan menyatakan bangsa Maya tidak pernah meramalkan akhir dunia.
Hanya saja memang kalender mereka yang terkenal hanya memiliki titik perhentian alami yang mencakup ribuan tahun jika merujuk pada kalendar Gregorian.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Ada Apa dengan 21 Juni? Mengapa Banyak Orang Mengaitkannya dengan Kiamat? Benarkah Bukan Semata karena akan Terjadi Gerhana?
(*)
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar