Data yang dihimpun South China Morning Post menunjukkan, baik China maupun India memiliki sistem S-300, yakni versi S-400 yang lebih awal dan lebih rendah.
Akan tetapi, China sudah memiliki sistem pertahanan udara S-400, dengan pengiriman terakhir pada akhir 2018.
Menurut Collin Koh, seorang peneliti dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, meningkatnya ketegangan antara China dan India mengenai sengketa perbatasan telah mendorong New Delhi untuk meningkatkan pertahanan udara demi menyamai Beijing.
Moskow mengklaim S-400 adalah sistem pertahanan udara mutakhir yang dapat mendeteksi dan menembak sasaran termasuk rudal balistik, jet musuh dan drone hingga sejauh 600 km (373 mil), pada ketinggian antara 10 meter dan 27 km.
China telah memperluas gudang senjatanya di perbatasan sejak Doklam berselisih.
Itu termasuk jet tempur siluman J-20, helikopter Z-20, jet tempur J-10C dan J-11B yang dimodifikasi, drone multi-peran Wing Loong II, tank ringan Type 99A dan Type 15 yang dapat menangani ketinggian tinggi dan rudal Dongfengnya.
Sementara itu, saat para diplomat India dan China sepakat untuk mengimplementasikan pemahaman tentang meredakan ketegangan di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh, Kementerian Pertahanan Tiongkok menggemakan klaim Beijing atas Lembah Galwan.
"China memiliki kedaulatan atas wilayah Lembah Galwan dan pasukan perbatasan China telah berpatroli dan bertugas di wilayah ini selama bertahun-tahun," katanya seperti yang dikutip The Indian Express.
Ini adalah pertama kalinya angkatan bersenjata Tiongkok mempertaruhkan klaim atas wilayah yang menurut India berada dalam wilayahnya.India telah menyebut klaim China sebagai "tidak berdasar" dan mengatakan hal itu tidak sesuai dengan posisi Beijing sendiri di masa lalu.