Gavriely menyampaikan, inspirasi pembuatan alat tes virus corona muncul saat dirinya mengunjungi Amerika Serikat (AS) pada Januari lalu.
Melihat virus corona mulai merebak di negeri uak Sam, Gavriely merasa teknologi yang ada di perusahaannya mungkin bisa digunakan untuk mendeteksi virus mematikan tersebyt dengan lebih cepat.
"Kami mengatakan, kami akan berfokus pada alat ini selama satu minggu penuh dan melihat perkembangannya, dalam satu minggu ini kami tidak berhenti bekerja," katanya kepada AFP seperti dikutip Channel News Asia.
Dalam prosesnya, orang yang dites dengan Breathalyser akan diminta untuk menarik napas melalui hidung, menahannya, menutup satu lubang hidung, dan membuang napas dari salah satu lubang hidung.
Napas yang keluar akan ditampung dalam kantong khusus yang telah disiapkan, yang disebut dengan AirTrap.
Udara yang ditampung itu kemudian disalurkan ke sebuah alat pendeteksi bernama Scent Reader untuk kemudian dianalisis.
Dalam hitungan detik, alat akan menunjukkan pesan "COVID-19 negative" atau sebaliknya melalui perangkan telepon genggam yang sudah terhubung.
Selain bisa bekerja dengan lebih cepat, NanoScent meyakinkan, Breathalyser yang mereka kembangkan juga lebih murah. Sehingga, bisa lebih mudah didistribusikan secara luas.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Hasil bisa keluar dalam 30 detik, Israel kembangkan alat tes virus corona kilat.
(*)