Tak pernah terbersit dalam benaknya bahwa dia tidak akan pernah lagi melihat ibunya sejak itu.
Ini kejadian di tahun 1977, ketika Timor-Leste masih dalam situasi perang.
Dua tahun sebelumnya, tentara Indonesia masuk dan menduduki wilayah bekas jajahan yang ditinggalkan Portugis.
Terlalu muda untuk ikut dalam perjuangan seperti saudara-saudaranya, Kalistru selalu berada di sisi ibunya di tengah situasi kacau ketika itu.
"Selama beberapa dekade, kami pikir dia sudah mati," kata Laurencia, saudara perempuannya yang tertua.
"Kami tidak marah padanya."
"Ketika perang, suara peluru berdesing seperti suara jagung yang meledak di atas kompor.
Ada juga pesawat yang menembak dari udara."
"Semua orang lari, tidak memikirkan orang tua atau keluarga mereka.
Kami naik ke Gunung Kablake dan bersembunyi di sana."