Bahkan, menurutnya, Turah Parthayana sempat menginginkan keluar dari manajemen pada Desember 2019 yang rupanya merupakan sanksinya berhenti sebagai YouTuber.
Turah bukan seseorang yang luput dari kesalahan, tapi dia tidak akan lari dari kesalahan.
Turah pernah mention keluar dari management pada Desember 2019, pada saat itu saya pikir candaan. Ternyata merupakan sikap Turah siap menerima sanksi berhenti sebagai Youtuber.
— Jehian Panangian Sijabat (@jehianps) August 6, 2020
"Turah bukan seseorang yang luput dari kesalahan, tapi dia tidak akan lari dari kesalahan.
Turah pernah mention keluar dari management pada Desember 2019, pada saat itu saya pikir candaan. Ternyata merupakan sikap Turah siap menerima sanksi berhenti sebagai Youtuber.," papar Jehian.
Jehian pun menuliskan kesimpulan dari kasus pelecehan seksual yang menimpa talentnya.
"Jika boleh saya simpulkan:
1. Turah telah melakukan kesalahan fatal, menerima tuduhan yang diarahkan padanya, bahwa dia melakukan pelecehan.
2. Pertemuan 1: pemberian sanksi keras terhadap TP & Penyebaran surat.
3. Pertemuan 2: TP diminta klarifikasi di hadapan para mahasiswa.
4. Turah siap menerima sanksi lagi, misal keberadaan informasi tersebut ke publik. (yang sekarang terjadi), hingga sanksi2 lain jika JA belum merasa cukup.
Saya juga sama seperti banyak orang, menunggu respon langsung dari Turah. Tapi untuk sekarang, That’s my side of the story.," tulis Jehian memberi kesimpulan.
Di akhir utasnya, Jehian meminta tolong untuk memberi semangat dan dukungan kepada korban, Jeje, yang telah berani membicarakan hal ini.
oiya satu hal lagi, tolong berikan semangat dan dukungan kepada JA yang telah berani speak up berulang kali (di asrama, tomsk, hingga di kini di twitter).
Must be real hard for her to do this, and we can’t judge the trauma she’s been through.
— Jehian Panangian Sijabat (@jehianps) August 6, 2020
"oiya satu hal lagi, tolong berikan semangat dan dukungan kepada JA yang telah berani speak up berulang kali (di asrama, tomsk, hingga di kini di twitter).
Must be real hard for her to do this, and we can’t judge the trauma she’s been through.," pungkasnya. (*)
Source | : | |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar