"Yang berani orang biasa saja. Satu tukang jahit, satu kepala RW yang kita tahu kekuatan ekonominya seperti apa," kata Refly.
"Untuk memenangkan kontestasi pilkada, kalau tidak ada sentimen yang luar biasa, rasanya berat. Apalagi ini di 'kandang banteng' dan di halaman presiden," lanjutnya
Lolosnya pasangan Bajo ini pun membuat Refly berpikir tentang adanya konspirasi.
"Jadi saya malah berpikir pakai konspirasi teori jadinya," ungkap Refly.
"Jangan-jangan penyelenggara pemilu sengaja meloloskan pasangan ini agar Gibran tidak melawan kotak kosong dan tidak menghadapi sentimen kotak kosong," terangnya.
Ia mencurigai adanya kesengajaan yang diciptakan untuk menghindari sentimen melawan kotak kosong.
"Sentimen kotak kosong itu jauh lebih powerful dibandingkan mendukung pasangan tertentu," jelasnya.
Dengan majunya pasangan Bajo, kata Refly, masyarakat Solo akan akan dihadapkan pada situasi dilematis.
Dimana akan muncul pemikiran bahwa pasangan Bajo tidak serius bergabung di Pilkada 2020, mengingat latar belakang profesi keduanya.
Sehingga hal tersebut, jelas Refly, akan memunculkan pilihan untuk golput.
"Kalau golput, berapapun suara yang masuk maka itulah pemenangnya," tandasnya.