Keahliannya itu didapat ketika ia sempat bergabung ke kelompok bersenjata di Filipina.
Daeng Koro mulai bergabung ke kelompok Santoso pada 2012.
Keduanya mendirikan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), saudara Mujahidin Indonesia Barat (MIB) pimpinan Abubakar Ba'asyir yang telah berdiri sebelumnya.
Sejak saat itu, keduanya memulai serangkaian aksi teror di Poso dan daerah lainnya.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen (Pol) Idham Azis, saat itu mengatakan, sejak mendirikan MIT, Daeng Koro adalah pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib asyakari atau kelompok bersenjata yang dilaksanakan di sejumlah wilayah di Sulawesi.
"Dia memulai pengadaan senjata yang saat ini menjadi senjata inventaris MIT. Yang bersangkutan juga mendatangkan bahan peledak, termasuk serbuk meriam dari Ambon ke Poso," ujar Idham.
Kedua, Daeng Koro diduga sebagai dalang dalam pembunuhan dua personel polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman, di Pegunungan Tamanjeka, Poso.
Kedua polisi itu menghilang pada 8 Oktober 2012 lalu.
Keduanya akhirnya ditemukan aparat Kompi B Batalyon Infanteri 714 Sintuwu Maroso pada 16 Oktober 2012 dalam keadaan tewas mengenaskan di wilayah antara Dusun Weralulu di Desa Tokorondo dan Dusun Tamanjeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.
Kedua mayat ditemukan terkubur dengan luka gorok di leher, di dalam lubang sedalam kurang dari satu meter dengan lebar seukuran badan.