Pada tahun 1992, atas kasus yang sama, kesatuan memecatnya.
Pangkat terakhirnya adalah kopral dua.
Terlibat aksi teror
Saat keluar dari militer itulah Daeng Koro mulai mengenal kelompok radikal dan terlibat aktif di dalamnya.
Berdasarkan catatan kepolisian, aksi pertama Daeng Koro dilakukan pada tahun 2000 di Poso.
Dia punya andil dalam kerusuhan Poso dan bergabung dengan Laskar Jihad asal Jawa di Pandajaya.
Rekan-rekannya mengangkat Daeng Koro menjadi Panglima Laskar Jihad.
Tahun 2003, Daeng Koro pindah ke Kalimantan.
Dia memperlebar sayapnya dengan bergabung dengan kelompok Negara Islam Indonesia pimpinan Haji Nurdin.
Dari situ, Daeng Koro turut terlibat dalam kerusuhan di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk penembakan polisi dan warga sipil.
Dalam periode 2004 hingga 2006, Daeng Koro juga pernah mengadakan latihan militer bagi para anggotanya di wilayah pegunungan di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.