“Mereka membakar rumah kami. Tidak ada yang tersisa,” terangnya.
Lebih dari 30 warga Rohingya tewas di Zin Paing Nyar, menurut kesaksian para penyintas.
Prajurit Zaw Naing Tun mengatakan bahwa, dia dan empat anggota batalionnya menembak mati tujuh Rohingya di Zin Paing Nyar.
Mereka menangkap 10 pria tak bersenjata, mengikat mereka dengan tali, membunuh mereka dan menguburkan mereka di kuburan massal di utara desa, katanya dalam kesaksian video.
Prajurit Zaw Naing Tun mengatakan dia tidak melakukan kekerasan seksual karena dia terlalu rendah untuk berpartisipasi.
Sebaliknya, dia berdiri sebagai penjaga ketika tentara lainnya memperkosa wanita Rohingya.
Kejahatan yang menurut tentara dilakukan oleh batalyon infanteri mereka dan pasukan keamanan lainnya yang mengakibatkan sekitar 150 warga sipil tewas dan puluhan desa dihancurkan.
Itu hanyalah bagian dari kampanye panjang Myanmar melawan Rohingya, dan mereka menggambarkan operasi terpadu dan diperhitungkan untuk memusnahkan satu kelompok etnis minoritas.
Pembantaian Rohingya mencapai puncaknya pada 2017, menjadi salah satu pelarian pengungsi tercepat da terbanyak di dunia.
Dalam beberapa minggu, tiga perempat dari satu juta orang tanpa kewarganegaraan diusir dari rumah mereka di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, saat pasukan keamanan menyerang desa mereka dengan senapan, parang, dan penyembur api.
Source | : | Serambinews.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar