"Kami tidak punya pilihan; kami hanya harus bertarung," ungkapnya.
Pria pendek dengan tatapan tajam di matanya dan otot orang yang dulu bekerja keras, Berliku kini menjadi penyanyi utama Maubere Timor, sekelompok veteran yang menyanyikan lagu-lagu patriotik yang digubah di pegunungan selama hari-hari gelap pendudukan.
Maubere Timor merilis album pertama mereka pada tahun 2017, pilihan 12 lagu yang menangkap semangat juang gerakan perlawanan di bawah pendudukan yang berlangsung selama 24 tahun dan menyebabkan kematian sekitar 200.000 orang Timor Leste.
Lebih dari 20 tahun setelah referendum kemerdekaan, dan hampir 18 tahun sejak negara itu akhirnya dinyatakan merdeka, Maubere Timor berusaha untuk menangkap keadaan bangsa melalui musiknya.
Berliku mengenang bahwa meski perjuangan kemerdekaan berlangsung lama, banyak orang di Timor Timur yang siap berjuang lebih lama.
"Kami pikir ini bisa lebih lama... kami sudah tahu ini akan menjadi perjuangan yang panjang dan sulit."
Mengenakan bekas luka bertahan hidup
Terisolasi dari seluruh dunia, kehidupan di pegunungan itu sulit, dengan pertempuran yang berlangsung setiap hari dengan pasukan pendudukan Indonesia.
Sementara tentara Indonesia dipersenjatai dengan sangat baik dan memiliki tenaga yang lebih baik, "secara taktis mereka harus banyak belajar. Masalah utama yang mereka hadapi adalah mereka tidak mengenal tanah [di pegunungan] dengan baik."
Dalam satu pertempuran, Berliku ditembak lima kali. Dia juga terluka di kaki saat serangan bom.