Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Indonesia Masuk Masa Resesi, BKF Ungkap Pemerintah dan DPR Sebenarnya Sudah Siapkan Semua Rencana Sejak Februari 2020 untuk Sepanjang Tahun: Itu Tanda-tanda...

None - Sabtu, 26 September 2020 | 07:42
Berdampak Ngeri Bagi Masyarakat, Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi Ekonomi?
Kompas

Berdampak Ngeri Bagi Masyarakat, Apa yang Harus Dilakukan untuk Menghadapi Resesi Ekonomi?

Gridhot.ID - Ekonomi Indonesia memang sedang krisis-krisisnya.

Bahkan disebut-sebut Indonesia sudah memasuki masa Resesi.

Namun nyatanya masa depan Indonesia justru dianggap sangat cerah.

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif di kisaran -2,9% sampai -1,0% yoy pada kuartal III-2020.

Bahkan BKF mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah melambat sejak kuartal I-2020 yang tumbuh di bawah 5% atau hanya 2,97% yoy.

Baca Juga: Makin Serakah Atau Sengaja Cari Musuh? Kini Giliran Pantai Amerika Selatan Memanas, 300 Kapal Tiongkok Tiba-tiba Terobos Perairan Peru dan Ekuador

Kepala BKF, Febrio Kacaribu menjelaskan, meskipun akan tumbuh negatif atau terkoreksi lagi di kuartal III, namun pertumbuhan itu dipastikan akan lebih membaik dari kuartal sebelumnya.

Sebab, pemerintah telah berupaya keras untuk mendorong konsumsi pemerintah yang telah naik tajam dalam mendorong percepatan realisasi belanja pemerintah.

BKF mengatakan, sejak bulan Februari 2020, pemerintah bahkan telah menyiapkan kebijakan-kebijakan terkait apa saja yang akan dilakukan sepanjang tahun 2020.

Adapun seiring berjalannya berbagai regulasi dan perundang-undangan agar pemerintah dapat melaksanakan berbagai bantuan maka pemerintah menekan defisit Indonesia hingga 6,34%.

“Komponen bangsa kita merespon krisis masalah yang sama dengan begitu cepat. DPR dan pemerintah kita saling bahu membahu hingga Perppu yang dikeluarkan juga cepat. Karena sejujurnya kalau tidak ada Perppu kita tidak bisa berbuat apa-apa,” jelas Febrio dalam konferensi pers secara daring, Jumat (25/9).

Baca Juga: China Diduga Panas-panasi Barbados untuk Merdeka, Ratu Elizabeth II Bakal Copot Jabatan Jika Rencana Tongkok Sukses Terlaksana, Investasi Jadi Strategi Licik Negeri Panda

Febrio mengatakan, sejak bulan Juni 2020 ini pengeluaran konsumsi sudah mulai mengalami peningkatan yakni seperti penjualan mobil, penjualan semen mencapai 4.97 juta ton, kemudian sektor ritel dan properti juga turut menunjukan perbaikan serta konsumsi listrik maupun indeks manufaktur Indonesia yang turut membaik pada Agustus 2020.

“Itu tanda-tanda bahwa Indonesia sudah menunjukan adanya perbaikan pada perekonomiannya. Namun hal itu tidak bisa mendorong banyak pemulihan jika dibandingkan tahun lalu kalau kita tidak berhasil melakukan 3M,” katanya.

Sehingga, obat mujarab yang paling bisa mendorong pemulihan ekonomi dan resesi Indonesia adalah menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M).

“Ditambah lagi apabila upaya penanganan pandemi melalui penemuan vaksin yang lebih cepat maka Indonesia akan kembali maju ke zona ekspansi,” harap Febrio.

Adapun, Febrio mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup bagus disiplin fiskalnya. Sebab, Indonesia fokus pada efisien anggaran yang disusun misalnya memotong berbagai anggaran yang tidak memberikan nilai tambah.

Baca Juga: Kasus Kebakaran Gedung Kejagung Masuki Babak Baru, Cleaning Service Ini Dicurigai Bukan Hanya Petugas Kebersihan, Jaksa Agung: Ada Informasi Rekening Katanya Rp 100 Juta

Sehingga, di tahun 2020 Indonesia tidak kaget lagi apabila defisit anggaran harus diperlebar hingga 6,34%. Maka rasio utang juga turut meningkat ke 36% di tahun 2020.

“Adapun defisit di tahun depan dalam postur APBN sementara akan mencapai 5,7% maka pasti utang akan naik menjadi 40%. Dan ini penting apakah kita bisa kelola pembiayaannya dengan risiko-risiko yang harus diantisipasi,” tambah Febrio.

Tak hanya memikirkan berbagai risiko pelebaran defisit, pemerintah juga berupaya mendorong pemulihan ekonomi lewat anggaran belanja negara di tahun 2021 yang sebesar Rp 2.747 triliun.

Anggaran ini akan betul-betul diarahkan ke program-program untuk menolong masyarakat, mendorong berjalannya investasi serta alokasi belanja pemerintah yang lebih efisien.

“Ini bentuk-bentuk yang dilakukan untuk memastikan bahwa uang kita memang terbatas tapi kita akan manfaatkan setajam mungkin guna mendorong perekonomian Indonesia yang positif,” harapnya.

Baca Juga: Kebencian Amerika Serikat Kian Berdasar, Huawei Nyatanya Memang Jauh Lebih Berbahaya dari yang Kita Kira, Sang Direktur yang Jadi Wakil Kepala Tentara Pembebasan Rakyat China Jadi Alasan Pembeli Berhati-hati

Senada, Kepala Ekonom Danareksa, Moekti Prasetiani Soejachmoen mengatakan, yang perlu dilakukan atau kunci agar Indonesia cepat keluar dari resesi dengan melakukan tiga langkah sebagai berikut pertama, meningkatkan konsumsi rumah tangga.

Sebab perekonomian Indonesia menjadi salah satu yang digerakan oleh konsumsi RT. “Hampir 57% dari PDB kita itu adalah dari konsumsi rumah tangga,” kata Moekti.

Kedua adalah mendorong kontributor sektor industri dari manufaktur yang sekitar 19,87%, pertanian 15,46% dan perdagangan 12,84%. Sehingga, sektor-sektor ini dapat segera melakukan ekspansi secepatnya.

“Hal ini juga senada dengan harus ditingkatkannya permintaan rumah tangga agar sektor bisnis dan perdagangan dapat mengembangkan usaha mereka,” tambahnya.

Selain itu, ketiga mendorong investasi di Indonesia juga menjadi salah satu obat mujarab yang bisa dilakukan untuk Indonesia keluar dari resesi.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Kemenkeu memastikan ekonomi Indonesia terus membaik kendati dibayangi resesi.

(*)

Source : kontan

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x