Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dikambinghitamkan Soal Genosida 200 Ribu Penduduk Timor Leste, Indonesia Akhirnya Buktikan Bahwa Zaman Itu Hanya Dijadikan 'Alat' Amerika, Dokumen Rahasia Ini Jadi Buktinya

None - Senin, 05 Oktober 2020 | 15:13
Operasi Seroja 1975.
Tangkapan layar Youtube

Operasi Seroja 1975.

Arsip Keamanan Nasional menyerahkan dokumen-dokumen tersebut kepada komisi penyelidikan TimorLeste tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi antara tahun 1975 dan 1999.

Tahun 2005 Presiden Timor Leste saat itu, Xanana Gusmao memberikan laporan komisi kepada Parlemen Timor-Leste tetapi ingin laporan itu dirahasiakan dari publik.

Baca Juga: Bak Koboi Jalanan, Bersitegang dengan Juru Parkir, Oknum Anggota Perbakin Petentengan Bawa Pistol, Pelaku Akui Hal Ini

Dalam laporan yang dimuat The Observer dikutip dari The Guardian, pasukan Indonesia yang terkait dengan pembantaian itu berada di bawah program rahasia Amerika.

The Observer melaporkan Amerika menghabiskan dana sekitar 1 juta pound (Rp19 Miliar), untuk melatih 50 pasukan militer Indonesia di Inggris.

Program Amerika dikenal dengan sebutan, "Iron Balance" disembunyikan dari legislator dan publik ketika kongres mengekang tempat pelatihan tentara Indonesia tahun 1991.

Baca Juga: Mobil Dipilox dan Berceceran Uang Pecahan Rp 100 Ribu di dalamnya, Diduga Milik Tim Pemenangan Paslon Bupati dan Wakil Bupati Mojokerto, Ketua Tim: Mungkin Bisa Saja...

Di antara unit yang terus dilatih adalah Kopassus Ð pasukan elit dengan darah sejarah Ð yang dilatih lebih ketat oleh AS daripada unit Indonesia lainnya.

Menurut dokumen Pentagon yangpublikasikanThe Observer, Kopassus Ð dibangun dengan keahlian Amerika meskipun AS menyadari perannya dalam genosida sekitar 200.000 orang setelah invasi Timor Timur pada tahun 1975.

Amnesty International menggambarkan KopassusÐ yangbertanggung jawab atas beberapa pelanggaran HAM terburuk dalam sejarah Indonesia, tetapi faktanya, Amerika ada di balik semua itu.

Dokumen Pentagon Ð diperoleh oleh East Timor Action Network yang berbasis di AS dan anggota kongres Illinois Lane Evans, merinci setiap latihan dalam program pelatihan rahasia, yang dilakukan di bawah proyek Pentagon yang disebut JCET (Joint Combined Education and Training).

Mereka menunjukkan pelatihan itu dalam keahlian militer yang hanya bisa digunakan secara internal melawan warga sipil, seperti perang gerilya perkotaan, pengawasan, kontra-intelijen, penembak jitu, dan 'operasi psikologis'.

Source : intisari-online.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x