"Pandemi dan resesi global dapat menyebabkan lebi dari 1,4% populasi dunia jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem. Ini merupakan kemunduran yang serius bagi upaya kemajuan pembangunan dan pengurangan kemiskinan," ungkap Presiden Bank Dunia David Malpass seperti dikutip Reuters.
Kemiskinan tersebar di banyak negara
Laporan terbaru dari Bank Dunia menemukan, banyak orang yang sangat miskin berada di negara-negara yang sudah memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. Tetapi, sekitar 82% di antaranya berada di negara-negara berpenghasilan menengah
Garis kemiskinan didefinisikan sebagai pendapatan US$ 3,2 per kapita per hari untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah, dan US$ 5,5 untuk negara berpenghasilan menengah ke atas.
Bank Dunia juga mencatat, semakin banyak penduduk perkotaan yang akan masuk ke dalam jurang kemiskinan ekstrem karena mulai kehilangan pekerjaan akibat pandemi virus corona.
Negara-negara Afrika yang berada di kawasan Sahara memiliki tingkat tertinggi untuk masyarakat dengan penghasilan kurang dari US$ 1,9 per kapita per hari. Pada akhir 2021, wilayah tersebut akan mengalami peningkatan lebih dari 50 juta orang.
Sekitar 42% dari populasi kawasan itu dapat hidup di bawah kemiskinan ekstrem pada tahun 2021 dibandingkan dengan perkiraan sebelum virus corona menyebar sebesar 37,8%.
Bank Dunia mengatakan, krisis akibat virus corona dapat mengurangi pendapatan dari 40% golongan orang-orang termiskin. Hal ini menyebabkan ketimpangan pendapatan dan mengurangi mobilitas sosial.
"Untuk kembali ke jalur pengentasan kemiskinan yang telah direncanakan, negara-negara akan membutuhkan tindakan kolektif untuk mengendalikan virus. Semua harus memberikan dukungan bagi rumah tangga dan segera membangun ekonomi yang lebih tangguh setelah pandemi usai," sebut Malpass.
Malpass menambahkan, semua negara harus siap untuk masuk ke model ekonomi yang berbeda, dengan membiarkan pemilik modal, tenaga kerja, segala keterampilan, dan inovasi untuk pindah ke sektor bisnis baru.