"Bahayanya lockdown adalah, jika kita tidak menerapkan langkah kesehatan masyarakat yang kuat, ketika aturan pembatasan gerak dan lockdown dihentikan, maka bahaya penyakit akan muncul lagi," imbuh dia.
Sebagian besar Eropa dan AS mengikuti China dan negara-negasa Asia lainnya melakukan lockdown untuk melawan virus corona baru.
Semua orang diminta bekerja dan belajar dari rumah. Semua sekolah, restoran, dan tempat hiburan ditutup.
Sementara itu, baru-baru ini, WHO justru memberi peringatkan pemimpin negara.
Dilansir dari TribunJateng.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan para pemimpin negara agar tidak mengandalkan penguncian (lockdown) untuk mengatasi pandemi covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kerap disalahkan karena pandemi Covid-19.
Imbauan itu disampaikan WHO, setelah sebelumnya memperingatkan negara-negara harus berhati-hati dalam membuka kembali lockdown.
Utusan WHO, David Nabarro mengatakan, langkah-langkah pembatasan seperti lockdown hanya boleh diambil sebagai upaya terakhir, demikian laporan majalah Inggris The Spectator, dalam sebuah wawancara video, seperti dilansir New York Post, Senin (12/10/2020).
"Kami di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menganjurkan lockdown sebagai sarana utama pengendalian virus ini," kata Nabarro.
"Satu-satunya saat kami percaya lockdown dibenarkan adalah memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, mengelompokkan kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda, melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan, tetapi kami lebih suka tidak melakukannya," jelasnya.