Sebaliknya, perilaku seks sesama jenis juga dapat muncul lantaran pergaulan atau pengaruh lingkungan.
"Yang jelas langkah-langkah kami sudah jauh untuk mengantisipasi hal tersebut," tegasnya.
Langkah-langkah pencegahan, lanjut Kapendam, telah melakukan tindakan prefentif sejak proses seleksi menjadi prajurit dengan melakukan screening dan tes mental ideologi.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa para calon prajurit memiliki tingkat kesehatan jiwa dan psikologi yang baik dan sehat.
"Tidak hanya itu Kodam IV/Diponegoro juga telah menerbitkan Surat Telegram untuk prajurit aktif tentang pelarangan perbuatan asusila dan LGBT," bebernya.
Di samping itu, kata Kapendam, pihaknya telah memiliki satuan cyber yaitu Satuan Sandi Angkatan Darat yang aktif melakukan patroli media sosial yang dilakukan oleh prajurit.
Bahkan patroli menyasar juga menyasar calon prajurit yang sudah masuk seleksi.
"Kami pantau di media sosial dengan memantau postingan prajurit dan calon prajurit terutama yang kecenderungan ke arah LGBT dan perbuatan asusila," katanya.
Kapendam melanjutkan, secara rutin setiap Satuan Jajaran Kodam IV/Diponegoro mulai dari Satuan bawah hingga atas melakukan pembinaan mental fungsi Komando.
Kegiatan itu berupa ceramah rohani yang disampaikan sebagai wahana untuk memelihara dan meningkatkan kualitas mental spiritual, ideologi dan kejuangan prajurit.
Bahkan setiap pelaksanaan apel atau jam komandan diberikan penekanan tentang doktrin keprajuritan yaitu Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan 8 Wajib TNI.