Maret 2019, mantan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson mengatakan bahwa Beijing melakukan praktik peminjaman predator, dan transaksi korup untuk menjadikan negara-negara kecil terbelit utang untuk kemudian melemahkan kedaulatan mereka.
Baru-baru ini, Pemerintah China membantah keras tudingan kalau mereka telah mengatur jebakan utang atau debt trap di negara-negara Afrika seperti Nigeria.
Tudingan tersebut dinilai tidak berdasar.
Konsul Jenderal China di Lagos (Nigeria), Chu Maoming, menegaskan pemerintah China sama sekali tak menggunakan instrumen bantuan utang untuk mendesain diplomasi perangkap utang di Afrika.
Kata dia, utang dari China tak begitu mendominasi di Afrika.
Utang terbesar negara-negara Benua Hitam justru lebih banyak disumbang lembaga keuangan internasional.
"Jika kita merinci utang negara-negara Afrika, sebesar lebih dari dua per tiga berasal dari lembaga keuangan internasional dan kreditor komersial. Mereka yang lebih bertanggung jawab terkait keringanan utang," ujar Maoming dilansir dari The Guardian, Selasa (20/10/2020).
Perangkap atau jebakan utang (debt trap) sendiri mengarah pada negara pemberi utang atau kreditor yang dengan sengaja memperpanjang kredit karena negara debitur mengalami kesulitan keuangan untuk membayar pinjaman yang jatuh tempo.
Namun perpanjangan masa kredit biasanya mengandung syarat tertentu seperti negara kreditor mendapatkan konsesi ekonomi, bahkan politik, di negara debitur.
Untuk menjembatani kerja sama ekonomi di sana, China membentuk Forum on China-Africa Cooperation atau FOCAC.