Muhajir benar-benar tak mencari mata pencaharian atau melakukan aktivitas selayaknya orang yang memulai hidup baru.
"Tidak ada aktivitas seperti buat kebun, tanam sayur atau apa karena tadinya pengen mau pulang," kisahnya.
Meski mendapatkan bantuan pemerintah, namun Muhajir mengungkapkan bahwa itu hanya di awal kedatangan mereka saja.
"Pemerintah hanya bantu awal 99 saja, habis bantuan kemanusiaan tidak ada, sekarang ini (rumah) kita bangun sendiri," kata pria yang sekarang bekerja di peternakan ini pada ABC.
Namun, dii Noelbaki, Muhajir mengaku tergolong beruntung, karena di rumah sederhananya ia hanya tinggal dengan keluarganya.
Sementara pengungsi lain terpaksa berbagi rumah dengan satu atau bahkan 6 keluarga lain, padahal ukuran rumah darurat itu tak luas.
Kini, tak ada yang dirindukan Muhajir dari Timor Leste, selain keluarga besarnya.
Muhajir mengaku enggan kembali ke kampung halaman. Ia enggan mengenang mimpi buruk semasa pra-referendum.
"Karena waktu kita masih di sana ya dua kubu, artinya kan kita bergerak kan tidak bisa, bidang pertanian ya tidak bisa."
"Kalau di sini kita petani mau bekerja di pertanian bisa, karena aman untuk kita bekerja," ungkapnya.
Komentar