Handika menyebutkan, mengenai investasi yang digelontorkan, sama seperti bandara lain pengembalian dana yang didapat dari APBD Jawa Barat dan APBN ini, tidak cepat karena dipengaruhi trafik pengunjung.
Namun pihaknya tidak merinci besaran investasi tersebut.
Sebagai informasi, Bandara Kertajati termasuk PSN (Program Strategis Nasional), sehingga dalam pembangunannya disokong oleh dana APBN dan APBD Provinsi Jawa Barat.
"Dalam kajian FS, Bandara Kertajati ini dengan catchment area dengan potensi 6,5 juta penumpang dengan catatan jika tol Cisumdawu sudah beroperasi, sehingga jarak dari Bandara -kota di sekitar bandara bisa ditempuh dengan waktu dibawah 90 menit," sambung dia.
Selama masa pandemi dan sampai akhir tahun ini, PT BIJB telah menetapkan Business Continuity Management (BCM) di antaranya dengan efisiensi biaya operasi di bandara dengan dalam status WFH secara bergiliran.
Saat ini juga pihaknya juga sedang melakukan finalisasi review masterplan untuk menyeleksi mitra atas pengembangan bisnis di bandara.
"Karena BIJB ditugaskan untuk mengelola bandara dan juga kawasan aerocity Kertajati, sambil menunggu kebangkitan jumlah penumpang, BIJB fokus pada pengembangan bisnis aerocity yang akan menjadi penopang kawasan rebana metropolitan. Ini sesuai dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan menjadi pendongkrak bangkitnya Bandara Kertajati," tutup Handika.
Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Miris, Bandara Kertajati senilai Rp 4,9 triliun itu kini buka usaha foto Prewedding.
(*)
Source | : | kontan |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar