GridHot.ID - Joe Biden unggul dalam dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 dengan perolehan 306 suara elektoral.
Sementara itu, rivalnya Donald Trump kalah dengan perolehan 232 suara elektoral.
Lantas bagaimana nasib Donald Trump?
Nasib Donald Trump yang akan segera meninggalkan Gedung Putih diperkirakan akan menghadapi banyak kemungkinan-kemungkinan.Selain akan menghadapi ancaman cerai dari istrinya, beberapa pengamat dan media, Trump bakal menghadapi kemungkinan tuntutan hukum dan ditagih utang oleh bank yang segera jatuh tempo.Berikut ini hal-hal yang kemungkinan telah menunggu Trump setelah meninggalkan Gedung Putih, seperti dikutip dari Deutsche Welle, Sabtu (15/11/2020).
Baca Juga: Bikin Negeri Tirai Bambu Meradang di Detik-detik Akhir Masa Jabatannya, Donald Trump Keluarkan Perintah Eksekutif, Larang AS Investasi di Perusahaan yang Punya Kaitan dengan Militer ChinaTuntutan hukum bertubiSebuah kebijakan Departemen Kehakiman AS, yang dibuat pada tahun 1973, mencegah pengadilan mendakwa presiden yang sedang menjabat.Ketika Trump meninggalkan Gedung Putih akan mencabut kekebalan ini sebagai seorang presiden.Hal itu akan membuatnya berpotensi menghadapi banyak tuntutan hukum yang menumpuk selama empat tahun dia menjabat.Di negara bagian New York, saat ini sedang berlangsung investigasi kriminal dan perdata terhadap praktik bisnis Trump.Trump juga menghadapi tuntutan hukum dari para perempuan yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual. Itu hanya beberapa contoh.
Ada kemungkinan bahwa Trump akan mencoba menggunakan kekuasaan konstitusionalnya untuk mengeluarkan pengampunan pidana guna membersihkan diri sendiri sebelum meletakan jabatannya.Tetapi sejauh ini belum ada presiden yang pernah mencoba mengampuni dirinya sendiri dan tidak jelas apakah langkah itu akan tetap punya kekuatan hukum. Biden, saat resmi menjabat sebagai presiden, dapat memilih untuk mengampuni Trump, seperti yang dilakukan Presiden Gerald Ford kepada Nixon setelah pengunduran dirinya pada tahun 1974.Tumpukan utangBeberapa pengamat juga berspekulasi bahwa intensitas pencalonan presiden periode kedua Trump dimotivasi oleh kebutuhan untuk mempertahankan perlindungan hukum dan perlindungan finansial dari jabatannya.
Baca Juga: Korea Utara Dikabarkan Tak Bahagia Lihat Donald Trump Lengser, Korsel Langsung Pepet Joe Biden, Senjata Nuklir Kim Jong Un Jadi Sumber Ketakutannya"Adalah kantor kepresidenan yang menjauhkannya dari penjara dan kemiskinan," ujar profesor sejarah dari Yale, Timothy Snyder, kepada majalah The New Yorker.Pada bulan September, penyelidikan pajak Trump oleh The New York Times mengungkapkan bahwa dia berhutang lebih dari 400 juta dolar AS (Rp 5,65 triliun).Utang itu sebagian besar kepada Deutsche Bank, dengan masa jatuh tempo empat tahun ke depan.Beberapa hari sebelum pemilu, eksekutif senior Deutsche Bank mengatakan bahwa kekalahan Trump akan membuat pemberi pinjaman tidak terlalu canggung untuk menuntut pembayaran kembali pinjaman.Trump juga menghadapi kemungkinan harus membayar kembali uang pengembalian pajak sebesar 72 juta dolar AS (sekitar Rp 1 triliun) yang dia klaim pada tahun 2010.
Audit yang sedang berlangsung itu melihat klaim kerugian Trump sebesar 1,4 miliar dolar AS (Rp 19,8 triliun) pada tahun 2008 dan 2009.Mengurus bisnis keluargaPresiden Trump masih memiliki lebih dari 500 usaha, termasuk hotel, resor, dan klub golf, yang sering dia kemukakan selama masa kepresidenannya.Putra-putra Trump yang sudah dewasa memang telah mengambil alih manajemen harian The Trump Organization begitu dia menjabat, tetapi dia tetap mempertahankan akses ke aset bisnisnya.Partai Demokrat menyebut langkah ini penuh konflik kepentingan, menuduh Trump telah menjadikan kesepakatan bisnis potensial untuk memengaruhi kebijakan luar negeri.Partai Demokrat itu juga mengatakan bahwa Trump menggunakan kantor kepresidenan untuk keuntungan finansial pribadi. Setelah lengser, Trump dapat kembali ke peran yang lebih aktif di kerajaan bisnisnya.
Baca Juga: Masa Jabatannya Tak Lama Lagi, Trump Pecat Menteri Pertahanan Mark Esper, Ketua DPR AS Sebut Presiden Amerika Tabur KekacauanNamun, sebagian besar kepemilikannya berada di real estat dan hotel.Majalah bisnis Forbes memperkirakan bahwa The Trump Organization telah mengalami pukulan signifikan selama pandemi virus corona.Valuasi bisnisnya turun 1 miliar dolar, menjadi 2,1 miliar dolar AS antara tanggal 1 - 18 Maret 2020, menurut Forbes.Meski kursi kepresidenan mungkin berfungsi sebagai peluang bagi pemasaran, dengan cara lain hal itu juga telah merusak citra mereknya.Menurut perhitungan dari portal real estat City Realty, harga unit kondominium di gedung milik jejaring bisnis Trump telah turun 25 persen dalam empat tahun terakhir di New York City.Beberapa gedung apartemen juga dikabarkan telah menghapus namanya dari gedung tersebut.
Kembali ke layar televisiBeberapa pengamat seperti mantan penjabat Kepala Staf Gedung Putih, Mick Mulvaney memprediksi bahwa Trump akan tetap berada di panggung politik.Kemungkinan ia akan fokus pada pemilu untuk melawan Biden tahun 2024.Tetapi banyak juga pengamat yang berpikir Trump punya rencana lain."Ketika Anda melihatnya di jalur kampanye, betapa bersemangatnya dia dan betapa berenerginya dia saat berada di hadapan publik. Cukup jelas apa yang ingin dia lakukan," kata jurnalis dan penulis biografi Trump, Michael D'Antonio, kepada DW."Saya perkirakan dia akan terus-menerus tampil di televisi," sambungnya.D’Antonio dan yang lainnya berspekulasi bahwa Trump akan memanfaatkan kedekatannya dengan media dan bermitra dengan perusahaan media konservatif, atau mungkin mendirikan bisnis media miliknya sendiri.
Baca Juga: Media Pemerintah China Tunjukkan Kebahagiaan Setelah Joe Biden Berhasil Lengserkan Donald TrumpOpsi ini telah ia canangkan pada tahun 2016 seandainya saat itu ia kalah dalam pemilu.Menurut media Business Insider, penasihat senior dan menantunya Jared Kushner telah "membicarakan" kemungkinan itu pada bulan Oktober 2020.Media yang dipimpin Trump bisa jadi lebih berhaluan sayap kanan daripada Fox News yang menjadi media favoritnya.Media Fox News pernah menjadi corong utama presiden, tetapi ketegangan antara Trump dan jaringan ini telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.Trump dilaporkan sangat marah karena jaringan media ini karena tidak melaporkan lebih banyak berita untuk menantang legitimasi kemenangan Biden. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul "Nasib Donald Trump Setelah Tinggalkan Gedung Putih, Diancam Cerai Istri hingga Ditagih Utang"(*)