"Saat ini mereka sudah dalam kondisi yang tidak memiliki logsitik yang cukup," ujar Boy Rafli Amar.
"Artinya dengan cara inilah, dengan cara merampok, dengan cara membunuh masyarakat, karena kita tahu bahwa kelompok ini adalah pengusung ideologi kekerasan. Jadi itulah salah satu untuk bertahan hidup," sambungnya.
Mereka juga mengincar harta benda milik warga di sekitar lereng Pegunungan Biru untuk menutupi logistik yang kian menipis.
Salah satu pemukiman warga yang pernah menjadi sasaran perampasan adalah Dusun Taman Jeka, sebuah wilayah yang terletak di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Boy meyakini MIT semakin tersudut karena masyarakat Kabupaten Poso dan sekitarnya sudah tidak lagi memberikan simpati dan dukungan terhadap eksistesi mereka.
"Jadi hari ini cara bertahan mereka untuk hidup di lereng-lereng Pegunungan Biru antara lain dengan mencari logistik, dengan merapok mengambil harta benda masyarakat," terang Boy Rafli.
"Jadi inilah yang terjadi sekaligus kita memang menunjukan mereka masih eksis dan inilah yang menjadi tantangan kita untuk melumpuhkan mereka dalam beberapa waktu ke depan," imbuh Boy Rafli.
Seperti diketahui, pembantaian satu keluarga di Dusun St.2 Lewono, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi terjadi pada Jumat (27/11/2020) pukul 09.00 WIB.
Sekretaris Desa Lemban Tongoa, Rifai mengatakan, di hari kejadian ada delapan orang yang tak dikenal mendatangi rumah Ulin.
Mereka menyandera Ulin dan keluarganya.
Lalu delapan orang tak dikenal itu membunuh korban Yasa dan Pino Nei.
Tiga orang pelaku membawa senjata api laras panjang dan dua senjata api genggam.
Ulin lari menyelamatkan diri ke Desa Lembontonga.
Total ada empat anggota keluarga Ulin yang dibunuh.
Mereka adalah pasangan suami istri, anak, dan menantu.
Selain itu ada enam rumah yang dibakar.
Warga sekitar dusun yang mengetahui kejadian tersebut melarikan diri ke Desa Kemban Tongoa karena takut.
Sementara itu para pelaku mengambil 40 kilogram beras dan membakar kendaraan bermotor.
Ada sembilan KK atau sekitar 50 orang dari berbagai suku yang tinggal di lokasi tersebut.
Kepada saksi, polisi kemudian memperlihatkan foto pada DPO teroris MIT, salah satunya Ali Kalora yang disebut sebagai pimpinan MIT.
Menurut Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso, saksi membenarkan foto tersebut.
"Saya luruskan tidak ada gereja yang dibakar. Bukan gereja. Hanya ada satu rumah yang kadang dipakai untuk melayani umat," kata Kapolda.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Pengaruh Ali Kalora Tak Sekuat Santoso, Kenapa 5 Tahun Operasi Tinombala Tak Kunjung Menangkapnya?
(*)
Source | : | Surya |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar