Pakar Psikologi Forensik Sebut Penembakan Perilaku Spontan, Bukan Terukur
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran mengatakan, pihaknya melakukan tindakan tegas terukur berupa penembakan mati terhadap pengikut Rizieq.
Akibatnya, sebanyak 6 orang anggota Laskar Khusus Front Pembela Islam (FPI) itu tewas tertembak.
Menanggapi klaim penembakan polisi sebagai tindakan tegas terukur, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, dalam psikologi forensik ada istilah penembakan yang menular atau contagious shooting.
"Ketika satu personel menembak, hampir selalu bisa dipastikan dalam tempo cepat personel-personel lain juga akan melakukan penembakan. Seperti aba-aba; anggota pasukan tidak melakukan kalkulasi, tapi tinggal mengikuti saja," kata Reza, Senin (7/12/2020).
Karenanya kata Reza, saat itu menembak bisa menjadi perilaku spontan.
"Kemungkinan menembak menjadi perilaku spontan atau bukan aktivitas terukur semakin besar, ketika personel sudah mempersepsikan target sebagai pihak yang berbahaya. Jadi, dengan kata lain, dalam situasi semacam itu, personel bertindak dengan didorong oleh rasa takut," ujar Reza.
Baca Juga: Serang Polisi, 6 Simpatisan Rizieq Shihab Ditembak Mati di Jalan Tol, Begini Klarifikasi FPI
Apalagi kata dia, jika peristiwa yang dipersepsikan kritis berlangsung pada malam hari.
"Ada data yang menunjukkan, dalam kasus penembakan terhadap target yang disangka bersenjata, padahal belakangan tidak membawa senjata, 70-an persen berlangsung pada malam hari saat pencahayaan minim. Sehingga mengganggu kejernihan penglihatan personel," kata Reza.
Dengan begitu katanya, sempurnalah faktor luar dan faktor dalam memunculkan perilaku.
"Faktor luar adalah letusan pertama oleh personel pertama dan kondisi alam di TKP. Faktor dalam adalah rasa takut personel," ujar Reza.