Namun demikian, PBB menyetujui pembentukan Malaysia, sementara Soekarno yang gagal memenangkan kasusnya, membanting pintu PBB pada tahun 1965.
Situasi ekonomi sangat memprihatinkan. Banyak pinjaman yang diterima dari Barat dan Uni Soviet disia-siakan untuk barang-barang konsumen, proyek dan senjata bergengsi.
Meskipun Soekarno membela hak-hak rakyat Indonesia, ia gagal memperbaiki perekonomian negaranya.
Perekonomian Indonesia, tergantung dari bantuan luar, terpukul keras oleh jatuhnya harga bahan mentah dan harga karet merosot drastis.
Sementara kebijakan pengeluaran publik Soekarno yang boros berperan dalam mendorong inflasi yang mencapai tingkat tahunan 600% pada akhir waktunya berkuasa.
Perang Dingin mencapai puncaknya, dan Soekarno menarik kemarahan Washington dengan menasionalisasi semua perusahaan swasta asing (kecuali untuk industri perminyakan).
Ia meninggalkan IMF dan Bank Dunia pada Agustus 1965 dan memutuskan untuk mengambil alih negara secara mandiri.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Ketakutan Setengah Mati Saat Soekarno Memimpin Indonesia, Begini Cara Amerika Gunakan Bank Dunia Sebagai Senjata Untuk Menjinakkan Indonesia, Ini Kisahnya."
(*)
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar