"Kami dikumpulkan dan dijelaskan bahwa anak kami membuat TikTok yang menginjak injak rapor sekolah, dan karena perbuatan itulah mereka dikeluarkan. Anak-anak teriak histeris tidak menyangka kalau harus dikeluarkan dari sekolah," jelas Raehan.
Ia menyayangkan sekolah langsung memberi sanksi dikeluarkan tanpa adanya peringatan ke anak-anak terlebih dahulu.
Akibatnya, anak-anak mereka syok ketika diberitahu perihal sanksi. Tak hanya menangis histeris, bahkan ada siswa yang tak mau makan.
"Anak saya menangis, tidak mau makan. Kaget dia, gara-gara TikTok dia dikeluarkan dari sekolah, kami juga orangtua kaget, bagaimana ini? bisakah anak sekolah lagi?" ujar Raehan cemas.
Orangtua siswa lainnya, Anun (37), juga menyebut anaknya tak berhenti menangis setelah mendapat izin.
Menurutnya, anaknya merupakan korban dari ponsel pintar.
"Why kesalahan anak saya ini, dia itu korban HP. Seharusnya dinasihati dulu baru dikeluarkan. Apa tidak ada kebijakan lain?" kata anun.
Sementara seorang siswa mengaku menyesal.
"Kami menyesal, kami salah," ujar salah seorang siswa. Ia mengaku masih ingin bersekolah di tempat tersebut.
"Saya sedih, ingin sekolah di sana lagi. Kami menyesal, kami salah," tutur dia.
4. Sekolah bersikukuh pada aturannya