Gridhot.ID - Letda Kav Bagas Yoga Satriya Aji merupakan salah satu perwira muda TNI yang dilantik Presiden Joko Widodo pada 2019 lalu.
Sosoknya Bagas Yoga banyak mengisnpirasi pemuda yang bercita-cita ingin menjadi anggota TNI.
Meski putra seorang Kopral, Bagas mampu membuktikan mengenai keberhasilannya menjadi seorang perwira TNI AD.
Ia mengaku di balik keberhasilanya saat ini juga berkat doa dari kedua orangtua yang terus mengalir untuknya.
Hal itu ia ungkapkan saat menjadi bintang tamu di video berjudul PAPA KAN KOPRAL, AKU MAU JADI JENDRAL!
Video yang diunggah kanal YouTube Edward Sitorus Papua, Jumat (15/1/2021).
Bersamama sang ayah, Kopka M. Tauchid, Bagas berbincang dengan Kolonel Kav Edward Sitorus.
Selain itu ibunda Bagas sempat menceritakan kejadian lucu saat pelantikan di Istana Negara 2019 lalu.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jateng, saat pelantikan sang ayah M. Tauchid sempat tak diperbolehkan masuk.
Lantaran pangkat M. Tauchid yang seorang Kopral Kepala itu malah dikira ajudan.
"Dikiranya bapak itu ajudan, bapak siapa gitu, itu anak saya, baru itu provos-provos ngawal," kata ibunda Bagas Yoga.
Selain dikira ajudan, ayah Bagas rupanya sempat tak boleh masuk ke area pelantikan.
"Tadi enggak boleh masuk, karena bapak itunya (pangkatnya) merah-merah, pikir provos enggak mungkin gitu ya" cerita ibunda Bagas.
"Akhirnya ibu sama adik duluan yang masuk, bapak belakangan" sambungnya.
Setelah mengetahui Kopka M. Tauchid adalah ayah dari Bagas, ia pun akhirnya diperbolehkan untuk masuk ke area pelantikan.
"Terus bilang, anak saya komandan, baru silakan pak gitu," pungkasnya.
Sang bunda mengatakan sejak kecil Bagas Yoga memang hobi bermain mainan tenk.
Namun menurutnya sang suami suami M. Tauchid tak pernah meminta Bagas untuk mengikuti jejak kemiliteran.
Hanya saja waktu kecil Bagas sempat berkata jika dirinya bercita-cita ingin menjadi jendral.
"'Mah papa kan kopral, aku pengin ah jadi jendral'," ungkap Bagas saat itu.
Hal itulah yang menjadikan Kopka M. Tauchid bersemangat untuk mendukung keinginan Bagas.
Bagas mengaku keinginannya untuk menjadi tentara muncul sejak sekolah dasar seusai melihat ayahnya dan rekan sesama TNI.
"Dari SD melihat bapak dan teman-teman bapak di komplek ada rasa terpacu, kalo besar harus jadi tentara," ungkap Bagas.
"Yang penting taunya bapak tentara, nanati Bagas mau kaya Bapak," imbuhnya.
Menginjak SMP, Bagas semakin terpacu bahkan meminta ayahnya mulai melatih dirinya untuk persiapan masuk TNI.
M. Tauchid pun mempersiapkan sang putra dan mendorong agar mendaftar Akademi Militer.
"Karena saya berprinsip yang paling tinggi dulu, nanti jatuhnya kan gak jauh-jauh," ujar M. Tauchid.
Saat putranya lulus SMP, M. Tauchid memasukkan Bagas ke sekolah menengah semi militer.
"Saya berpikir gimana caranya sekolahnya diasramakan atau dilatih khusus dan paling tidak terhidar dari kenakalan remaja," jelas Tauchid.
"Alhamdulillah bisa lulus, bisa masuk. Sampaii daftar Akmil juga akhirnya lolos," tambahnya.
Beruntung harapan tersebut akhirnya terkabul meski dirinya kini kalah pangkat dari sang putra.
(*)