GridHot.ID - Insiden jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 masih menyisakan duka mendalam.
Kini, lebih dari sebulan pasca insiden tersebut, penyebab kecelakaan mulai terungkap.
Melansir Tribunnews.com, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air SJ 182.
Dalam penjelasan awal terkait penyebab jatuhnya SJ 182 ini, KNKT menyebutkan pesawat ini telah terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
Kemudian berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR) bahwa sistem autopilot pesawat tersebut aktif di ketinggian 1.980 kaki.
Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pesawat SJ 182 setelah lepas landas dan melewati ketinggian 8.150 kaki tuas pengatur tenaga mesin atau Throttle sebelah kiri bergerak mundur sehingga tenaga berkurang.
Dilansir dari GridStar.id, terbongkar data percakapan terakhir berdasarkan dari flight recorder atau salah satu bagian dari kotak hitam pesawat dan juga dari Air Traffic Conttoller Bandara Soekarno Hatta.
Menurut Kapten Nurcahyo Utomo, pesawat SJ 182 berangkat pada 14.36 WIB.
"FDR mencatat bahwa pada ketinggian 1.980 kaki, autopilot mulai aktif atau engage," ujar Soerjanto dilansir dari tayangan Kompas TV, Rabu, (10/2/2021).
Pesawat ini mulai mengalami masalah pada ketinggian 8.150 kaki.
"Pada ketinggian 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur," lanjutnya.
"Tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap," sambungnya.
Lalu, tercatat pada 14.38.51 WIB, kondisi cuaca yang tak memungkinkan membuat kapten Afwan meminta kepada pengatur lalu lintas udara berbelok ke arah 075 derajat.
ATC lalu memberikan izin untuk pilot berbelok.
ATC memperkirakan perubahan rute ini bisa membuat SJ 182 bertemu dengan pesawat lain yang juga memiliki tujuan Jakarta-Pontianak.
"Maka SJ 182 diminta berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki," tambah Nurcahyo.
Lalu, pukul 14.39.47 WIB, pesawat mulai berbelok ke arah kiri dan melewati ketinggian 10.600 kaki dan berada di 046 derajat.
"Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur, atau throttle kiri bergerak mundur, yang kanan tetap," terang Nurcahyo.
ATC lalu memberi instruksi pada kapten untuk naik ke 13 ribu kakai.
Diketahui, Captain Afwan sempat menjawabnya pada pukul 14.39.59 WIB.
"Ini adalah komunikasi terakhir yang terekam di rekaman komunikasi pilot di ATC Bandara Soekarno Hatta," ujar Nurcahyo.
FDR merekam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 mencapai ketinggian 10.900 kaki pada 14.40.05 WIB.
"Setelah ketinggian ini pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif atau disengage, arah pesawat pada saat itu adalah 016 derajat.
Sikap pesawat atau hidungnya mulai naik atau pitch up dan pesawat mulai miring atau roll ke sebelah kiri," terang Nurcahyo.
Melansir dari Tribunnews Bogor, saat itu Nurcahyo mengatakan bahwa throttle sebelah kiri semakin berkurang, sedangkan yang bagian kanan tetap.
FDR mencatat aktivitas terakhir pesawat pada pukul 14.40.10.
Saat itu autothrottle mulai tidak aktif dan pesawat dalam keadaan menunduk.
"Sekitar 20 detik kemudian flight data recorder mulai berhenti merekam," pungkasnya. (*)