Setidaknya, ada 3.086.224 data yang ia bobol dan diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp400 ribu itu.
Leonard memastikan bahwa data-data yang diretas oleh MFW adalah data yang dapat diakses secara langsung di situs resmi Kejaksaan RI. Untungnya data tersebut tidak berhubungan langsung dengan database kepegawaian kejaksaan.
Selain itu, informasi perkara-perkara yang dimuat dalam situs itu pun juga dapat diakses oleh publik. Leonard menuturkan, semua perbuatanya itu dilakukan selama masa senggang.
"Karena sedang libur, MFW melakulan perbuatan tersebut dengan alasan iseng. Papanya sudah pensiun, ibunya masih kerja, ya dia iseng dan kami sudah beri pembinaan," kata Leonard.
Sementara itu, dalam konferensi pers Kejagung turut membawa orang tua MFW, Edi. Ayah dari MFW ini mengaku tak tahu menahu perihal peretasan yang dilakukan oleh putranya.
Edi mengaku kurang melakukan pengawasan terhadap anaknya. Atas perbuatan anaknya itu, Edi menyampaikan permohonan maaf kepada institusi Kejaksaan tertinggi di Indonesia.
"Atas nama orang tua, kami dengan anak saya sini datang tanpa ada paksaan dan kebetulan juga layanan di Kejagung ini bukan main-main, saya mengakui anak saya itu salah. Anak saya itu masih di bawah umur dan saya juga mengakui kurang pengawasan," kata Edi.
Diketahui, MWF dan kedua orang tuanya dibawa ke Jakarta dari Lahat, Sumatra Selatan pada Kamis (18/2/2021) kemarin.
Mereka dimintai keterangan oleh Kejaksaan Agung setelah berhasil diidentifikasi atas kasus peretasan data Kejaksaan RI.
Meski perbuatan MFW melanggar hukum, Jaksa Agung RI ST Burhanuddin memberi instruksi agar tak melanjutkan proses hukum terhadap MFW.
Baca Juga: Ini Dia Strategi Satgas Covid-19 untuk Capai Target Pandemi Musnah di Tanggal 17 Agustus
Source | : | Warta Kota,Kejaksaan Tinggi Bali |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar