GridHot.ID - Mubalig Muhammad Ramdhan Effendi atau yang dikenal dengan Anton Medan meninggal dunia pada Senin (15/3/2021).
Melansir Kompas TV, kabar duka tersebut dibenarkan oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI) Ipong Hembiring Saputra.
Menurut Ipong, pemilik nama Tan Hok Liang itu meninggal karena sejumlah penyakit pada pukul 14.50 WIB.
"Iya benar (meninggal dunia), karena stroke dan diabetes," kata Ipong.
Sementara itu, dilansir dari TribunStyle.com, sebelum meninggal, Anton Medan ternyata sudah menyiapkan kuburan tempat peristirahatan terakhirnya.
Bahkan makam itu telah digali Anton Medan sejak 19 tahun lalu.
Kuburan tersebut berada di area pondok Pesantren Attaibin yang berlokasi di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor.
Lalu bagaimana penampakan liang lahat Anton Medan ini?
TribunnewsBogor.com pernah berkesempatan mendatangi lokasi liang lahat atau kuburan yang akan menjadi tempat disemayamkannya jasad Mubalig pemilik nama Ramdhan Effendi itu.
Seperti diketahui, Anton Medan dikabarkan meninggal dunia di rumahnya di kawasan, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI), Ipong Hembiring Putra mengatakan, Anton Mendan meninggal setelah berjuang melawan penyakitnya. "Iya benar, karena stroke dan diabetes," ujar Ipong saat dihubungi Kompas.com.
Makam di Tengah Pesantren
Makam Anton Medan berada ditengah pesantren yang dibangunnya sejak 19 tahun lalu sekitar tahun 2002.
Pria pemilik nama Tiong Hoa, Tan Kok Liong (61) sejak dulu memang bercita-cita membangun sebuah pondok pesantren bagi mualaf Tiong Hoa dan mantan nara pidana yang ingin belajar agama.
Pada tahun 2002 cita-citanya pun terwujud membangun sebuah pondok pesantren.
Namun, saat itu yang pertama kali dibangun oleh Anton Medan yakni kuburan yang akan menjadi tempat peristirahatan akhirnya.
"Yang pertama dibangun pertama oleh Bapak (Anton medan, red) kuburannya dulu, terus dianjutin ngebangun pondok pesantren," kata Deni Chunk (41) pengurus Pondok Pesantren Attaibin saat ditemui TribunnewsBogor.com beberapa waktu lalu.
Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakanam Anton Medan itu pun berada tepat disebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tiong Hoa.
Menurut Deni, kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 centimeter dan panjang 2 meter.
"Tadinya engga ditutup meja, tapi takutnya bahaya akhirnya ditutup jadi lebih terlihat rapih," kata dia.
Pantauan TribunnewsBogor.com, kuburan tersebut sudah tertutup atap yang sangat rapi.
Disekiling lokasi yang akan dijadikan tempat pemakaman itu pun tampak lantainya tampak sudah berbalut kramik
Saat itu, lokasi kuburan tersebut dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke Pondok pesantren tersebut.
Disekiling makam pun tampak terdapat sofa hitam yang dipasang tepat disamping kuburan yang tertutup meja.
Yayasan Tak Beroperasi Lagi
Selain Pondok Pesantren, dilokasi tersebut pun dibangun yayasan dengan mendirikan sekolah.
"Ada sekolahnya juga dan asrama untuk siswa, dulu itu yang tinggal di asrama bisa sampai 500 orang," ungkapnya.
Deni Chunk menjelaskan, berdirinya pondok pesantren Attaibin bermula ketika Tan Kok Liong atau yang dikenal dengan nama Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren ini tahun 2002 lalu.
"Cita-cita bapak (Anton medan) ingin bangun pesantren untuk mualaf tionghoa, makannya didirikan pondok pesantren ini,"
"Pembangunan sekitar dua tahun, baru mulai beroperasi pada tahun 2004," tutur Deni saat ditemui TribunnewsBogor.com.
Sekolah yang didalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf tionghoa ini berdiri dilahan seluas 1,6 hektare.
Namun sayang, saat ini yayasan sudah tidak aktif lagi seperti beberapa tahun lalu.
Saat ini yang masih tersisa hanya pondok pesantren bagi eks napi serta mualaf tionghoa yang ingin belajar ilmu agama.
"Iya yayasan sudah tutup dari tahun 2012, kalau pesantrennya sih masih tetap berjalan.
Malahan setiap bulan itu ada saja eks napi yang datang untuk mondok disini," terangnya.
Menjelang bulan ramadhan para santri sudah banyak yang pulang ke kampung halamannya masing-masing untuk melaksanakan ibadah puasa bersama keluarganya.
"Emang engga banyak, kalau bulan puasanya biasanya pada pulang," tukasnya.
Menurutnya, santri yang merupakan mantan napi itu selain dibekali ilmu agama juga diajarkan berwira usaha selama berada di pondokan.
Seperti belajar ngelas, beternak hingga menjahit agar setelah mereka keluar sudah punya bekal keahlian untuk melanjutkan hidupnya dan tidak kembali terjerumus dalam dunia hitam.
"Mereka diajarin baca alqur'an dan shalat. Ada juga alumni yang sekarang sudah bisa membuka pondok pesantren sendiri dikampunya," kata lelaki yang juga mengajar di Pondok Pesantren Attaibin ini. (*)