Gridhot.ID - Negeri Pagoda Emas atau Myanmar tengah menghadapi masalah serius terkait penerusan kekuasaan.
Sebenarnya, masalah kudeta militer ini bisa disederhanakan menjadi masalah panjang.
Dikutip Gridhot dari Kontan, Amerika Serikat pada hari Senin menjatuhkan sanksi terhadap dua anggota junta militer Myanmar dan mengancam tindakan lebih lanjut atas kudeta 1 Februari di negara itu.
Bahkan diprediksi jika kudeta ini tak mereda, tokoh militer Myanmar telah diberitahu akan mengikuti jejak Saddam Hussein Irak dan Muammar Gaddafi dari Libya.
Karena ada kekhawatiran akan pecahnya perang saudara segera di negara itu.
Sejak kudeta 1 Februari 2021, 138 pengunjuk rasa telah tewas dalam demonstrasi, kata Dr. Sasa, utusan khusus PBB Parlemen Myanmar yang sekarang sudah dibubarkan.
Dilansir Serambinews dari Sky News, Selasa (16/3/2021) bahwa jika pertempuran berlanjut tanpa reaksi dari komunitas internasional, rakyat negaranya akan dipaksa untuk membela diri.
Sasa mengimbau para panglima militer yang sekarang memegang kendali negara untuk mundur, seperti dilansir AFP, Selasa (16/3/2021).
Terutama, membebaskan tahanan yang ditahan dan mengawasi kembalinya demokrasi.
Dia memperingatkan kegagalan untuk melakukannya akan mengakibatkan para pemimpin kudeta ditangkap atau dibunuh.
Dia membandingkan mereka dengan Gaddafi, Saddam dan Osama bin Laden.
Sasa mengatakan India, China, AS, Inggris, Eropa dan tetangga Myanmar harus bekerja sama untuk menekan para jenderal yang telah menguasai negaranya.
"Jika kita tidak membentuk koalisi internasional di Myanmar ini secepat mungkin, itu akan membawa, saya khawatir, perang saudara terbesar yang pernah kita lihat," tambahnya.
“Kami tidak membutuhkan pernyataan lagi. Kami tidak membutuhkan kata-kata lagi. Kami membutuhkan tindakan. Jadi kami meminta tindakan dari komunitas internasional.
"Yang kami maksud adalah sanksi yang terkoordinasi, bertarget, dan lebih keras, baik secara diplomatis, ekonomi, dan politik."(*)