Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

4 Mobil Dijual hingga Truk Digadaikan untuk Makan, Dalang Asal Boyolali Ini Lakukan Aksi Remuk Gamelan Saat Terpuruk di Tengah Pandemi: Sejak Pandemi Kami Dilarang Pentas!

Nicolaus - Minggu, 04 April 2021 | 13:25
Ki Dalang Gondho Wartoyo menghancurkan alat pentas untuk pewayangan di depan rumahnya di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Penampakan alat-alat yang rusak dan berantakan, Sabtu (3/4/2021).
(TribunSolo.com/Azhfar Muhammad)

Ki Dalang Gondho Wartoyo menghancurkan alat pentas untuk pewayangan di depan rumahnya di Dukuh Bulu RT 004 RW 003, Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Penampakan alat-alat yang rusak dan berantakan, Sabtu (3/4/2021).

Aksinya ini pun viral di media sosial Instagram.

“Sudah berpuluh-puluh tahun saya mendalang, dan baru kali ini saya merasa terpuruk dan tidak bisa hidup,” ungkapnya kepada TribunSolo.com, Sabtu (3/4/2021).

Baca Juga: Ternyata Tak Seindah yang Dipandang, Lee Jeong Hoon Bongkar Bagaimana Ketatnya Berkarier di Korea Selatan: Pakai Handphone Enggak Boleh!

Wartoyo mengungkapkan perjalanan karirnya dimulai sejak dirinya lulus dari sekolah menengah atas.

“Awalnya setelah saya lulus SMA kita (tim) menginisasi untuk menggelar pertunjukan di Desa maupun di Kampung,” ujarnya.

Setelah itu ia sampaikan pertunjukan yang ia inisiasi merambat semakin besar dan mulai banyak dikenal orang.

Baca Juga: Ternyata Tak Seindah yang Dipandang, Lee Jeong Hoon Bongkar Bagaimana Ketatnya Berkarier di Korea Selatan: Pakai Handphone Enggak Boleh!

“Yah sekitar tahun 90-an lumayan terus drastis banyak yang ingin menonton pertunjukan tradisional rakyat ini,” ujarnya.

“Sehingga pada tahun awal 2000-an kami sempat naik daun dan banyak disosialisasikan di berbagai kegiatan pemerintah,” kata dia membeberkan.

Ia sampaikan mulai dari rakyat biasa, pengusaha, gubernur, pejabat dan beberapa instansi ternama meminta kepada dirinya untuk melakukan pertunjukan seninya.

“Macam-macam pokonya bahkan dulu di zaman itu (tahun 2000-an) bisa menghasilkan Rp 15-20 juta per pentas," papar dia.

Bahkan sebelum pandemi bersama timnya bisa menggelar pentas pagelaran seni pewayangan sebanyak 15 - 28 kali setiap bulannya.

Source :Instagram TribunSolo

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x