Dari pernyataan Lucinta, ternyata tempat tersebut bukan hanya mengeksploitasi lumba-lumba saja, tetapi juga ikan hiu dan pari.
Manohara merasa bingung, Lucinta menolak untuk ke sirkus tetapi tetap berkunjung ke tempat tersebut.
Padahal, menurut Manohara, tempat pariwisata yang terletak di Bali itu sama saja dengan sirkus, mengeksploitasi hewan.
"Ini mengecewakan, karena ini sama sekali bukan penyelamatan," ucapnya.
Iamenambahkan, jika memang ingin menyelamatkan lumba-lumba terdampar, seharusnya direhabilitasi dan lepaskan kembali, bukan diajarkan beinteraksi dengan turis.
Lebih lanjut,ia menjelaskan perbedaan antara tempat penyelamatan satwa liar dan pariwisata adalah kegiatannya.
"Yang pasti mereka enggak boleh beinteraksi, berenang langsung dengan lumba-lumbanya. Dia juga diberikannya ikan yang hidup, biar dia tahu bagaimana cara menangkap hewan setelah dilepas liarkan kembali," kata Manohara.
"Itu bedanya antara pariwisata dan tempat rescue hewan, tujuan mereka bukan mendapat uang dari turis, tapi untuk merehabilitasi hewan supaya bisa dilepas liarkan kembali," pungkasnya.
Iaberharap menjelasannya dapat dimengerti orang-orang yang belum paham perbedaan antara tempat penyelamatan satwa liar dengan pariwisata yang berkedok edukasi.
(*)