13-15 mei 98, saya di solo, kelas 2 SD.
Kantor mama saya dibakar. Mama saya loncat dan masih bisa selamat sampe rumah. Matahari singosaren dibakar.
Saya sendiri dilindungin tetangga saya, dan kawan2 kampung sembunyi di rumah mereka
--- sebuah utas , mei 98 ---
— DOKTER TITAN (@tirta_hudhi) May 15, 2021
Ayahnya yang kebingungan akhirnya memilih pulang untuk menemani dirinya yang masih bersekolah kala itu.
"Papa saya memilih ke rumah nemenin saya, Pasrah kejadian apapun yg menimpa mama saya," ungkapnya.
Dokter Tirta sendiri merupakan separuh keturunan tionghoa yang berasal dari ibundanya.
Ibunya yang berketurunan tionghoa membuat dirinya was-was kala itu.
"7 jam mama saya ga ada kabar, akhirnya sampe ke rumah, dianterin temen2 nya, Kondisi mama saya histeris, saya masih ingat, dan masuk kamar d tenangin tetangga, Kampung saya baturan, bapak2 nya berjaga di gang, Di depan rumah ditulis "milik pribumi""
Dokter Tirta kala itu berusaha memahami keadaan dan datang ke kantor ibunya yang sudah hangus dibakar massa.
"Saya pake kacamataitem. Jaket. Helm kecil. Jadi ga tau kalo saya bermata sipit
Di singosaren itulah saya melihat mayat pertama kali
Yang gosong terperangkap karena kepanggang di dalem"
Kerusuhan Mei 1998 membuat dirinya menjadi keras dan temperamental.
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar