Gridhot.ID - Kesuksesan seseorang dalam berwira usaha pasti memiliki faktor-faktor yang berpengaruh.
Meski usahanya dimulai dari hal kecil, tak jarang dalam kurun watu tertentu bisa menghasilkan untung yang cukup besar.
Seperti pedagang cilok satu ini contohnya.
Pria bernama Harsono, pemilik Cilok Edy di Jember ini sudah sangat terkenal.
Bahkan Anda bisa menemukan Cilok Edy di sejumlah titik di Jember.
Antara lain depan kantor DPRD Jember, kampus Universitas Jember dan Universitas Muhammadiyah Jember.
Bahkan sanking terkenalnya, Cilok Edy juga bisa ditemui di cabang lainnya di Probolinggi dan Bondowoso.
Karena hasil jualanya sangat terkenal, maka Harsono, pemilik Cilok Edy, mampu meraup jutaan rupiah.
Dilansir dari Tribunjateng pada Senin (21/6/2021), Harsono bisa meraup Rp5 juta per hari dari empat rombong.
Sebelum pandemi Covid-19, ia bahkan bisa mendapatkan Rp9 juta per hari. Kini, Harsono sudah memiliki 10 karyawan.
Kesuksesan Harsono dari berjualan cilok membuatnya bisa membeli sejumlah properti.
Di antaranya 3 apartemen, 13 rumah kontrakan, hingga sawah. Bahkan juga bisa menunaikan ibadah haji.
Ketika pandemi Covid-19 pun, Harsono tetap bisa sukses berjualan cilok.
Dilansir dari Kompas.com, inilah rahasia Harsono bisa meraup untung banyak dari dagangannya.
1. Mampu menangkap peluang
Sebelum berjualan cilok, dulunya dia adalah seorang tukang ojek.
Hanya saja karena pendapatanya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup, maka Harsono mencoba menjadi tenaga honorer petugas kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember.
Tapi lagi-lagi pendapatannya tidak cukup untuk menfkahi keluarga.
Setelah berpikir lama, dia akhirnya mendapat ide berjualan cilok.
Hanya saja Harsono ingin hasil jualannya memiliki ciri khas.
Setelah melakukan riset, dia tahu di Jember tidak ada penjual cilok daging. Yang ada hanya cilok tepung. Ia pun mulai membuat cilok daging.
Resepnya berasal dari ayahnya yang juga berjualan panganan serupa di Bali.
2. Gencar pemasaran
Harsono memulai bisnis berjualan ciloknya hanya dengan modal awal Rp20.000.
Tapi dia memasarkan produknya ke berbagai tempat.
Disebutkan bahwa dia berangkat berjualan keliling cilok mulai pukul 06.30 WIB.
Targetnya adalah tempat keramaian seperti sekolah, perkantoran dan lainnya.
3. Berani pinjam uang ke bank
Bisnis Harsono perlahan mulai terkenal, dia pun ingin memperluas pasarnya.
Dengan modal keberanian dan keyakinan, dia memberanikan diri untuk meminjam uang modal ke perbankan Rp15 juta.
Uang Rp15 juta itu dia manfaatkan untuk menambah 5 rombong jualan cilok.
Kini, dari hasil lima rombong itu, dia memiliki 10 rombong cilok.
4. Tingkatkan mutu hadapi persaingan
Ketika ciloknya semakin terkenal dan laris, Harsono bertekad untuk meningkatkan cita rasa cilok.
Dia tidak ingin kualitas jualannya menurun.
Oleh karenanya, sang istri, Siti Fatimah ditugaskan untuk terus mengawasi kualitas cilok agar tidak berubah, mulai ukuran, rasa dan lainnya.
5. Investasi di bidang lain
Hasil dari berjualan Cilok Edy digunakannya dengan sebaik-baiknya.
Alih-alih membeli barang yang bersifat konsumtif, Harsono mengalokasikannya untuk investasi di bidang lain.
Dia pun membeli belasan rumah dan kamar kos untuk dikontrakkan. Ia juga membeli 3 apartemen hingga sawah.
Tentu dia tak menggunakan semua uangnya.
Tapi memilih meminjam uang secara kredit ke bank dan cicilannya dibayar dari hasil berjualan cilok.(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunjateng.com |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar