GridHot.ID - Sosok Jovan Zachary Winarno belakangan menjadi sorotan.
Pasalnya, melansir Tribun-medan.com, Jovan diketahui adalah seorang pemuda Indonesia yang menjadi tentara angkatan laut di Amerika Serikat.
Tinggal dan bertugas di San Diego, California, Jovan mengurai cerita mengenai dirinya yang kini resmi jadi tentara AS.
Pun dengan awal kepindahan Jovan dari Surabaya ke Amerika Serikat.
Dilansir dari Tribunwow.com, Jovan menceritakan, proses menjadi tentara AS tak mudah ia lalui.
Apalagi, ia sama sekali tak bisa berbahasa Inggris saat pertama kali tiba di Amerika.
Awal Hijrah ke AS demi Pendidikan
Tinggal dan bertugas di San Diego, California, Jovan mengurai cerita mengenai dirinya yang kini resmi jadi tentara AS.
Pun dengan awal kepindahan Jovan dari Surabaya ke Amerika Serikat.
Ternyata awalnya, Jovan tak kepikiran sekalipun ingin menjadi tentara.
Semula Jovan ingin pindah ke Amerika karena hendak berkuliah.
Namun nasib berkata lain, Jovan justru memilih jalan menjadi tentara Amerika Serikat.
Dikutip TribunnewsBogor.com dari Kompas.com, Jovan adalah pemuda asal Surabaya.
Jovan ternyata lahir dan berkewarganegaraan AS.
Dalam wawancara singkatnya bersama VOA, Jovan mengaku tertarik menjadi tentara, karena berbagai keuntungan yang ditawarkan.
Yakni biaya dalam tunjangan sekolah, asuransi kesehatan, tempat tinggal, makan sehari-hari, dan biaya untuk ke tempat kebugaran.
"Jadi awalnya saya enggak kepikiran sama sekali buat masuk militer. Awalnya cuma pengin kuliah sambil kerja. Cuma ada temen dari Ayah Saya. Dia tawarin kalau masuk tentara itu banyak benefitnya," ungkap Jovan dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Insert.
Tak Bisa Bahasa Inggris
Saat menginjakkan kaki di AS pada 2018, Jovan (20) mengaku sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.
Meski begitu, Jovan bertekad untuk meneruskan pendidikan ke Amerika Serikat.
Hingga akhirnya, Jovan memberanikan diri untuk pindah ke AS, tepatnya ke Los Angeles, California.
Di Amerika pun, Jovan mulai “belajar sedikit-sedikit” bahasa Inggris sebagaimana dilansir VOA Indonesia.
Dua tahun tinggal di Amerika, kemampuan bahasa Inggris Jovan pun meningkat.
"Kesulitannya kalau Saya itu bahasa Inggris. Karena second language kan bahasa Inggris. Karena bahasa pertama Saya kan bahasa Indonesia. Pertama-tama agak kesusahan tapi berjalannya waktu sekarang sudah terbiasa, udah lumayan lah," ungkap Jovan.
Cerita Pelatihan Jovan
Tampak antusias, Jovan pun mengungkap pengalamannya saat menjalani pelatihan sebelum jadi tentara Amerika Serikat.
Setelah memutuskan menjadi tentara angkatan laut AS, Jovan lalu digembleng dengan pelatihan ketat selama dua bulan.
Bersama 20 orang lainnya, ia naik bus ke tempat pelatihan.
“Awalnya kaya santai gitu pas di bus, terus pas turun, ada satu (orang) pangkatnya Chief kalau enggak salah. (Dia) langsung teriak-teriak, ‘Ayo turun! Ayo turun!’ Langsung kayak ngomong kotor gitu,” ungkap pria kelahiran tahun 2000 ini.
“Kayak dimarah-marahi,” tambah Jovan.
Sebelum mulai pelatihan, Jovan diberi waktu 1 menit untuk menghubungi orang tuanya dan memberikan kata-kata terakhir sebelum dua bulan mengikuti pelatihan.
Selama pelatihan, Jovan harus bangun sekitar pukul 04.00 dan tidur pukul 22.00.
Ia pun kerap diberi tugas untuk jaga malam sekitar 2-4 jam.
Jobdesk dan Gaji Jovan
Lebih lanjut, Jovan juga mengurai detail pekerjaanya.
Diakui Jovan, dirinya harus mengikuti tes yang akan menentukan pekerjaannya.
Ia pun lalu memilih jabatan sebagai teknisi kapal yang melakukan pengecekan pada mesin kapal angkatan laut yang tengah bersandar.
Jovan bertugas sebanyak tiga kali seminggu mulai pukul 00.07 hingga 16.00.
Menurutnya, pekerjaan sebagai teknisi kapal tidak sulit, karena ia tinggal mengikuti buku panduan.
“Kerjanya gampang aja. Terus Sabtu dan Minggu juga libur,” ujar Jovan.
Jovan mengaku keterbatasan bahasa terkadang menjadi kendalanya.
“Saya biasanya (menerjemahkan) dulu kalau misalnya enggak tahu apa yang saya mau omongin. Habis itu saya baru ngomong,” kata Jovan.
Menurut Jovan, penghasilan seorang tentara setingkat dirinya bisa mencapai sekitar Rp 575 juta hingga Rp 718 juta per tahun.
Berlayar ke Banyak Negara
Sejak resmi menjadi tentara angkatan laut AS dua tahun lalu, Jovan yang berpangkat E4 (tamtama) sudah bernah berlayar hingga ke Panama, Ekuador, El Salvador, dan Kolombia.
Terkadang ia juga harus berlayar hingga berbulan-bulan.
Jauh dari keluarga dan kesulitan dalam berkomunikasi selalu membuatnya rindu keluarga.
“Pas lagi berlayar tahun lalu. Empat bulan kalo enggak salah. Jadi kita bisa kontak keluarga itu paling sehari sekali, sejam doang. Itu aja sih,” cerita Jovan.
Selain bertugas memelihara dan merawat mesin kapal, Jovan kembali mengikuti berbagai pelatihan saat berlayar.
“Jadi kami bangun itu kalau enggak salah jam 6. Terus kami siap-siap buat (sarapan) pagi. Setelah itu bersih-bersih dulu semua, terus training,” ujar Jovan.
Biasanya saat bersandar, Jovan dan tentara yang lain diberi waktu untuk jalan-jalan di negara tujuan.
Namun, selama pandemi Covid-19 ini, mereka tidak diperbolehkan.
“Jadi kita pas bersandar cuman di pinggirannya doang. Enggak bisa ngapa-ngapain juga. Jadi kayak, boring gitu. Bosan,” kata Jovan.
Pernah Hilang Kontak, Orangtua Cemas
Ada kalanya, Jovan mendapat tugas untuk berlayar hingga beberapa bulan.
Waktu itu, Jovan sempat hilang kontak dengan keluarganya hingga dua pekan, karena tidak ada sinyal untuk menelepon di tengah laut.
Hal ini sempat membuat keluarganya panik.
“Ya, sangat khawatir sekali. Galau ya, toh? Apalagi ini memakan waktu yang cukup lama. Biasanya dia intens telepon saya atau saya telepon dia,” ujar Susanto, ayah Jovan.
“Saya tunggu sampai berhari-hari, waktu demi waktu. Ya, pikiran ini macam-macam dan arahnya lain-lain juga. Tapi syukurlah pada saat yang tepat dia juga hubungi saya, bahwa dia baik-baik saja ndak kurang suatu apa pun,” tambah Susanto.
Setelah bersandar, Jovan pun lalu baru menghubungi orang tuanya.
“Mereka kayak panik gitu. Ini orang ke mana? Kok enggak hubungi?” kata Jovan.
(*)