AS tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya untuk memperkuat tentara Afghanistan.
Belum lama ini militer "Paman Sam" bahkan memberi Afghanistan helikopter serang Black Hawk terbaru.
Masalahnya, banyak pemuda Afghanistan buta huruf dan negaranya kekurangan infrastruktur untuk mendukung peralatan militer mutakhir.
Akibatnya tentara Afghanistan tetap kewalahan menghadapi musuh yang peralatannya kurang lengkap dan tampaknya kalah jumlah.
Kemampuan mereka dinilai terlalu tinggi, menurut John Sopko, inspektur jenderal khusus AS untuk rekonstruksi Afghanistan (SIGAR), kepada AFP.
Setiap kali dia mencoba mengevaluasi tentara Afghanistan, ungkapnya, "Militer AS mengubah tiang gawang, membuatnya lebih mudah menunjukkan keberhasilan. Dan akhirnya, ketika mereka (tentara Afghanistan) gagal melakukannya, mereka (AS) merahasiakan penilaian."
"Jadi mereka tahu betapa buruknya militer Afghanistan."
Laporan terbaru kantornya kepada Kongres yang diajukan pekan lalu menyatakan, "Sistem senjata canggih, kendaraan, dan logistik yang digunakan oleh militer Barat berada di luar kemampuan pasukan Afghanistan yang sebagian besar buta huruf dan tidak berpendidikan."
2. Jumlah berlebihan
Selama berbulan-bulan, para petinggi Pentagon bersikeras pasukan Afghanistan unggul jumlah atas anggota Taliban.
Pentagon mengeklaim, tentara Afghanistan jumlahnya berkisar 300.000 ditambah polisi, dibandingkan Taliban yang diperkirakan sekitar 70.000 personel.
Akan tetapi jumlah tentara Afghanistan sebenarnya tidak sebanyak itu, menurut Pusat Pemberantasan Terorisme di Akademi Militer AS di West Point, New York.
Pada Juli 2020, menurut perkiraannya sendiri, dari 300.000 itu hanya 185.000 yang tentara atau pasukan operasi khusus di bawah kendali Kementerian Pertahanan, dan sisanya adalah polisi serta personel keamanan.
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar